Tampilkan postingan dengan label local genious. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label local genious. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Juli 2011

kenduri ikan kayu

 Persiapan yang dilakukan pihak keluarga pengantin putri ( dara baro) sedikitpun kami tidak diberi tahu, semula malah saya sudah hendak berangkat dengan memakai sepatu, akhirnya malah cuma pakai sendal seperti lainnya.
keponakan kami yang  kebetulan jadi pengantin pria ( Linthu baro) datang menjemput ke penginapan dan mengajak kami semua ke kediaman keluarga Pak Rahmat - kakak angkatnya yang mengurus semua persiapan pernikahan adat  Acheh tersebut. 
penjemput kami datang dan selama perjalanan itulah kami sempat merasakan bagaimana sigapnya  mereka, berkendara ala konvoi ,meskipun cuma dua mobil..hehe.. mungkin memang begitulah keseharian mereka berkendara mobil......hhhh....sport jantung kami.
sesaat kami sampai di kediaman pak Rahmat, beliau menyambut kami dengan  takzim....,masyaallah...tersentuh hati saya.
Memang pada dasarnya kami yang awam dengana adat Nangroe...jadilah kami terpelongok-longok menyaksikan,  persiapan keluarga pengantin pria, bagaimana peran Pak Keuchik  yang sangat menentukan dalam suatu prosesi pernikahan.  Semenjak dari proses perkenalan keluarga dan pertunangan sampai selesainya acara pernikahan. Namun berkat pak Rahmat lah semua kerumitan itu jadi sederhana, terimakasih Bang Rahmat.

Bang Rahmat
Sesampainya di kediaman pihak pengantin wanita, dan menanti sesaat dua saat - ternyata Pak Kheucik kampong yang bersangkutan belum hadir, jadilah kami semua - pihak pengantin Pria dan Wanita menunggu beliau......memang demikian tata kramanya. dan saat menunggu itulah saya mencium aroma wangi kari Acheh yang legendaris itu...

Suasana yang semula agak tegang berubah jadi cair saat kami-rombongan pihak pengantin pria masuk ke ruang tamu yang telah disiapkan jadi tempat akad nikah. di ujung ruang terdapat tempat duduk pengantin pria berbentuk miniatur masjid raya berwarna merah berbordir perak - mewah sekali. Pengantin duduk di atasB kasur berhias senada- duduk menanti saat akad nikah dimulai,  dengan diawali menyantap hidangan kenduri

kenduri nikah aceh
properti to http://dapurkoe.blogspot.com/2007/08/blog-post.html


di Tengah ruangan sudah tersedia hidangan kenduri bermacam-macam, makanan utama pencuci mulut dan minuman. Segera setelah kami disambut langsung wakil tuan rumah mempersilahkan untuk menyantap hidangan yang sudah tersedia.
ingatan saya mundur 30 tahun ke saat  kenduri khitanan saya, di pedalaman sumatera dulu, makan bersama mengelilingi satu tampah berisi hidangan yang bersahaja..........hmmmm.......
kebetulan di sebelah saya duduk warga Asli Banda aceh yang berangkat bersama kami tadi, ya sutralah....saya interogasi habiss........"pak,yang itu makanan apa namanya....yang ini,apa, kalo yang sana itu,pak?.."
Namun beliau ternyata dengan senang hati menceritakan seluk beluk hidangan asli Aceh yang kami hadapi itu.
ada kari acheh
  kue kue khas Aceh, dan panganan ringan seperti Dhodoi, haluwa breuh, wajek, dan meuseukat




 property to http://news.okezone.com/read/2011/03/07/345/432148/bertabur-penganan-raja-raja-di-lampisang

dan ada  tumis "keumamah"- ikan kayu



dan sayangnya hidangan yang terakhir ini karena letaknya jauh dari duduk saya........urunglah saya cicip....hmmm  sayang banget.............keumamah........saya akan kembali .......wkwkwkk..

Kamis, 16 Juni 2011

kecil.......tapi punya misi....Hampala Van MAgelang

Kata kata itu diucapkan mas adi wisaksono, seorang  pecinta dunia mancing dan ikan saat mengomentari suatu keadaan dimana kita harus punya sikap - sepahit apapun keadaan di sekitar kita.  Sikap yang mewakili sosok yang telah menemukan DIRI  .Di dunia maya beliau membuat beberapa grup - ada yang sifatnya publik dan ada yang sifatnya privat, demi misi tersebut.
yang saya maksudkan misi adalah upayanya mempertahankan dan mengkondisikan habitat alami  ikan palung ( nama lokal magelang) atau ikan hampala ( Hampala macrolepidota sp.) alias sebarau yang notabene selama ini diketahui semula hanya di perairan sungai air deras di kalimantan tengah( berau) dan perairan danau Sentarum - kalimantan barat.

 tabur benih ikan langka di kolam


 domestikasi ikan ikan spesies Barb dari perairan lokal
 
 fun fishing CnR HVM

Upaya relokasi- pemindahan bibit ikan, domestikasi- pemeliharaan dalam lingkungan buatan, dan fun fishing  catch and release program yang dilakukan  secara tertutup. 
Ikan ikan domestik Indonesia yang hidup di sungai-sungai air deras dan muara seperti hampala, jurung, baung dewasa ini memang belum pernah dicatat secara resmi oleh lembaga yang menaungi lingkungan hidup - saya umpamakan di negara2 maju wilayah ini dinaungi oleh Department Fish and Game yang mengatur dan mengendalikan upaya2 eksploitasi  hasil tangkapan wilayah perairan- dan mencatat perubahan yang terjadi di dalam ekosistemnya......hmmmmm........kapan Indonesia punya sosok pejabat  yang peduli akan hal seperti itu....

Rabu, 19 Januari 2011

cita-cita bangsa jepang

 Ikan Punah Hidup Lagi
Kamis, 16 Desember 2010 | 15:24 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Spesies ikan salmon di Jepang yang diperkirakan punah sekitar 70 tahun silam kembali terlihat di sebuah danau dekat Gunung Fuji.

Kokanee hitam, atau “kunimasu” dalam bahasa Jepang, diperkirakan habis pada 1940 ketika proyek hydroelectric dilaksanakan. Akibat proyek tersebut danau yang menjadi habitat mereka di bagian utara Akita Prefecture terkontaminasi. Air menjadi sangat asam. Sebelum punah, sebanyak 100 ribu telur ikan salmon itu sempat dipindahkan ke Danau Saiko. Tapi mereka tak bisa bertahan hidup. Tetsuji Nakabo, guru besar di Kyoto University, mengatakan sejumlah peneliti menemukan kembali ikan itu di Danau Saiko, sekitar 500 kilometer dari habitat asli mereka. Saya sangat terkejut. Ini ikan yang langka. Sebuah harta karun alam. Kami akan menjaga agar tidak punah lagi,” kaya Nakabo.

Salmon Jepang saat ini masih terdaftar sebagai hewan punah dalam catatan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang. Yobukaze Naniwa, pejabat di kementerian tersebut, mengatakan akan melakukan penelitian untuk memastikan apakah ikan tersebut memang yang sudah punah sebelum daftar hewan punah diperbarui.

Menurut Naniwa, spesies lain, termasuk ikan dan tumbuhan, kembali ditemukan setelah sebelumnya dinyatakan punah.

Apa yang terjadi di jepang itu menunjukkan keajaiban probabilitas - kemungkinan dari seratus ribu telur ikan yang dipindahkan ke danau Saiko pada tahun 1940 itu hidup, tergantung pada banyak faktor seperti habitat,cuaca,predator,kematangan telur dan banyak hal lain. Dan ini menunjukkan bahwa alam akan menjaga - Bila manusia mau berusaha sedikit saja - mempertahankan keberadaan suatu species binatang / tanaman.

saya termasuk sedikit dari beberapa orang yang tidak percaya pada pemanasan global seperti yang dikampanyekan negara maju untuk semata-mata kepentingan mereka.

Desain  bumi sudah seimbang, apapun yang mencoba merusaknya, mekanisme pertahanan alam akan selalu dan selalu mempertahankan keseimbangan bumi menuju titik awal seimbangnya, dengan konsekwensi tertentu ,  bahwa jika suatu penghancuran fisik alam di muka bumi oleh  manusia  membabi buta - maka   akan terbentuk tingkat keseimbangan baru yang pasti tudak sama dengan bentuk awalnya.

contoh misalnya ilmuwan jepang yang mencoba menghidupkan mammoth dengan rekayasa genetika, bukan tanpa resiko.  Mammoth pada masanya adalah hewan yang memiliki teritorial "multi benua" - pola migrasi mereka puluhan ribu kilometer, dan mereka didesain pada masa tertentu dan untuk lokasi tertentu saja.
jika terwujud seekor mammoth hidup pada masa ini, maka "insting " mereka akan mencari pola migrasi asalnya, yang sudah tidak sesuai lagi.

"insting" yang terpenjara ini jika tidak dikondisikan dengan keadaan yang baru, mungkin saja timbul perubahan perilaku yang tidak terpikirkan sebelumnya, yang bisa berdampak pada lingkungan sekitarnya - keganasan - misalnya.

Pada beberapa kasus, terdapat pengecualian - hewan liar alam yang diadaptasi makanan dan perilakunya  seolah2 di alam aslinya dapat bertaha hidup dengan  syarat2 kondisi minimal.

"Ini ikan yang langka. Sebuah harta karun alam. Kami akan menjaga agar tidak punah lagi,” kaya Nakabo "  
kata kata hanya akan sekedar wacana, jika dalam kenyataaanya bangsa jepang adalah bangsa yang paling suka dengan daging ikan. 




Ikan yang paling kecil -jasad renik sebangsa udang -krill - makanan paus2 di samudera - mereka sebut dengan Okiami - menjadi santapan mereka, sampai ikan buntal beracun - Fugu - dan ikan paus - Kujira-  mereka juga makan.....hebat.


prosesing Blue Fin tuna di - jonai shijo  - pasar Seafood - Tsukiji - central Tokyo

Sabtu, 30 Januari 2010

Ikan Jurung/Mahseer/kelah di Aquarium Pak Soni - Magelang

wah..wah...wah.........bagusnyaaa
Pada dasarnya ikan-ikan ini semua adalah ikan liar tangkapan alam, yang hanya bisa hidup di sungai-sungai air deras - kecuali arwana ( sirip kuning) dan karper Siam impor(Barbus Julienni-c.m.i.i.w) yang belang-belang. Namun berkat tangan dingin Pak Soni , mereka bisa hidup di aquarium


Kamis, 21 Januari 2010

Coffee cupping habit of Tegalan brings new word into English | | Kemana pergi 'sruput', dari Tegal lewat Glasgow masuk ke Oxford

Blog Entry
Dec 4, '09 5:04 AM
for everyone
http://kumpulrebo.multiply.com/journal/item/185

Have you heard how the word 'throughput' came into existence in English? This is my story of how it happened, inspired from a story by my late father-in-law, my guru in life at large.


===English (Cerita bahasa Indonesia hanya beberapa klik pada tombol )


Java was occupied by the Dutch East-India Company along the north coast for some mythical 300 years. The company built the first railways running from Batavia to Surabaya in the eastern part of Java as soon as the economies justified it. Along this route, there are several towns with service stations for the locomotives, Tegal and Semarang to name a few. In the Twenties of Twentieth Century, the steam engine was being replaced with the next generation engine called diesel engine after the inventor Dr Diesel. This technology came to Java in the years leading to World War II.


As in any new innovations, there will be mechanics and engineers accompanying delivery of the new locomotives to train the locals. They were many Englishmen and Scotsmen working in Tegal. They trained how to drive this new engine for the trains, how to maintain the engines, among other processes. You can imagine the difficulties in translating their knowledge through Dutch then onto Tegalan (old Javanese language variant) so the locals will understand.


One day at lunch time, Jim McLaughlin and Suparman went to the 'pub' just across the field in front of the train station. This is a pub in all intents and purposes, a 'warung' where gentlemen shares yarns while having lunch and drinking beers, coffee and tea. It has a 'U' shaped table surrounding the chef who will then serve any orders from the prepared food assortments. They sat down on the bench right in front of the chef. Tuan Jim, as he was normally called (just the same as in 'Lord Jim' by Joseph Conrad) ordered steamed rice, twenty barbecue goat meat skewers ('sate' later known in the dictionary as 'satay') with cold half magnum bottle of 'Anker' pilsener beer. Clarkie, as Suparman was called by Jim and his cohorts reminding them that superhero who has red undies worn outside blue bodysuit, ordered 'nasi lengko' (vegetarian steamed rice adorned with peanut sauce, sweet soya sauce, crushed chilli, boiled cabbage, and this and that) with local coffee ('kopi tubruk').


First came the drinks, the big beer bottle a tad cooler than tepid with a tall glass, the coffee came in a pot with a cup on saucer. Suparman put aside the cup and pour the coffee onto the saucer carefully.

Jim had his jaw dropped, "Bloody hell! What are you doin', Clarkie? Don't chuck away the coffee."

Suparman ignored his lost of form, slurped the thick coffee from the saucer, "Slurp.... slurpppppp...."

After satisfied temporarily by three slurps, he replied, "Do it this way, tuan Jim. Hit it while it is hot, mix it with air, slurp and don't wait."

Jim was aghast, nodded his hairy head and jaws, "I'll give it a go next time. Bloody marvelous idea, old chap. What did you call that, Clarkie?"

Suparman, "'Sruput', just 'sruput'."

Jim contemplated this enlightenment. This is the right word to explain how the diesel engine gets power from fuel and mixture of air. By controlling the fuel and air flows, you can control the power to make the loco runs faster or slower.


Jim passed it on to his mates in the team, exactly as it sounds - 'sruput'. On completion of the contract, he went back happily to his hometown for holidays, Glasgow. As any reputable Glaswegian or for that matter any European, he went to his favourite pub. He yarned about this episode to anyone who would listen to tall tales from overseas. Just happened that a linguistic professor, Adrian Atkinson, was listening as well. Soon after, he went home in a haste, he wrote to the Oxford dictionary board of editors. The next edition saw the word 'throughput' made into the dictionary, a transliteration from Javanese word 'sruput', onomatopoeia of slurping hot coffee as learned from a Javanese mechanic gifted with natural understanding of physics without the need for university schooling. Who says you need to go to university? For real 'edumecation', just read wikipedia.org and save the money for good food and travelling (in itself another form of education).


©2009, Kumpulrebo.multiply.com, all rights reserved. (© = Copyleft, please copy and paste in complete text, including the title and URL).


Quote of the day:

"It is not Justice — the servant of men, but accident, hazard, Fortune — the ally of patient Time — that holds an even and scrupulous balance." - Joseph Conrad, (Lord Jim)


Notes:

There are thousands of blacksmiths in Tegal out of this origin. A village is named 'Talang' (lit. downpipe) lies 12Km south of Tegal. Some has established forge irons and copied Japanese water handpump successfully, it is now considered one of thriving and successful iron-steel village industry albeit under real threats from cheaper Chinese products since the Nineties.


===Indonesian

Pernahkan anda dengar kata 'throughput' dalam mempelajari bahasa Inggris di ruang kelas atau di tempat kerja? Inilah ceritaku sembari mengisi waktu di kerja mengenai asal mula kata ini masuk dalam kamus Inggris. Cerita ini tertulis dari ingatan cerita papi mertua saya, guruku dalam hal ikhwal hidup dan kehidupan.


Kereta api zaman diadakan di pulau Jawa memang kereta berapi, api batubara memasak air sehingga menguap untuk menjalankan roda besi kereta. Waktu itu jawatan kereta api perusahaan Belanda bernama Nederland Indische Spooring. Pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia ke II, terjadi perubahan teknologi, seperti tahun 1981 mulai ada komputer tiruan Apel II. Kereta api bertenaga uap mulai diganti dengan mesin diesel, dari tenaga tak langsung menjadi tenaga langsung dari ruang bakar model Dr Diesel.


Kalau sekarang banyak orang India yang ahli database Oracle, sa'at itu juga banyak berdatangan tukang; ahli mesin; atau insinyur dari Inggris yang memasok kepala kereta. Mereka mengajarkan ini itu yang bersangkutan dengan penggunaan mesin diesel dalam hal menjalankan dan memelihara. Sewaktu menerangkan teknologi tinggi ini, banyak mereka mengalamai kesulitan menyampaikan dalam bahasa Inggris ke bahasa Belanda lalu ke bahasa Tegal, karena salah satu bengkel utama ada juga di Tegal, selain Batavia; Semarang; dan Surabaia.


Bagaimana kehidupan makan minum orang bule ini? Mau tak mau mereka juga senang makan cara Tegal. Setiap makan siang, mereka dengan senang hati ke warung depan setasiun, "Acc" yang mereka anggap seperti warung minum-minum di Glasgow atau Plymouth. Mereka belum pernah sebelum ini minum teh tanpa air susu atau krim susu, tapi senang juga mereka minum teh poci gaya Tegal, teh manis dengan gula batu. Zaman itu, kopi pun mereka suka sekali karena masih asli dan air datang dari sumber gunung di Bumijawa dan Bumiayu.


Suatu hari Jim McLaughlin (mungkin leluhur John McLaughlin jago gitar tahun '70an) yang biasa dipanggil sebagai tuan Jim, seperti di novel Joseph Conrad yang terkenal itu, pergi makan siang bersama Suparman yang dia panggil Clarkie untuk mengingatkannya akan pahlawan komik bercelana dalam merah dipakai di luar baju tubuh ketat warna biru itu. Di warung ini dia pesan nasi putih dan sekodi sate kambing dan sebotol bir Anker. Suparman sendiri lebih senang nasi lengko dan sepoci kopi tubruk. Sembari menunggu hidangan, mereka mencamil goreng tahu tempe, rempeyek dan kerupuk yang ada terpajang di atas meja berbentuk huruf U khas warung di Tegal. Bir ukuran 750ml merek Anker dingin dan gelas bersama kopi tubruk segera muncul di depan mereka. Dengan tenang, Suparman menuangkan kopi ke atas piring alas ('pisin', bahasa Tegal).


Rahang bawah Jim langsung jatuh karena kaget, "Kamu bikin apa Clarkie? Itu kopi jangan buang-buang."

Suparman tenang saja menhirup air kopi kental dari pinggir pisinnya, "Srup....sruput...sruput."

Suparman sehabis puas menyruput tiga kali, "Begini u...ue..nak tuan Jim. Masih panas tapi tak terasa panas karena campur udara. Disruput saja tuan, jangan tunggu lagi."

Jim terperangah, lalu memanggut-manggutkan kepala berjenggot lebatnya, "Nanti aku coba. Kamu bilang apa itu cara minum, Clarkie?"

Suparman, "Sruput, disruput saja."


Jim berpikir, ini dia kata yang tepat untuk dipakai menerangkan kejadian bagaimana mesin diesel mendapatkan tenaga dibandingkan mesin tenaga uap kepada tukang dan montir Tegal. Ke dalam mesin diesel disalurkan minyak pembakar dan udara sehingga terjadi pembakaran yang menghasilkan tenaga lebih kuat dari pada tenaga uap. Sekali ruang pembakaran menyala, bahan bakar dan udara disruput-sruput si mesin, tapi bisa diatur kekuatan atau kecepatan lari dengan mengatur sruputan-sruputan ini. Sejak itu, dia ceritakan kembali pengalaman ini ke rekan senegaranya yang satu kelompok. Mulailah kata ini dipakai untuk mengajarkan para tukang di Semarang, Surabaya, dan Batavia.


Sekembalinya ke negara asal, dia pulang ke kampung halaman Glasgow, dia ceritakan pengalaman ini di warung alias pub langganannya, The Old College Bar. Waktu itu kebetulan ada profesor bahasa, seorang guru bernama Adrian Atkinson, yang ikut mendengarkan ocehannya. Sepulang dari pub, buru-buru profesor menulis ke dewan penyunting kamus Oxford mengenai kata Inggris baru ini. Demikian cerita asal mula kata 'sruput' menjadi 'throughput'. Kejadian gara-gara orang Tegal pandai menggunakan ilmu fisika jurus sruput dalam menghirup kopi panasnya. Siapa bilang harus ke universitas untuk belajar ilmu fisika? Baca saja wikipedia.org untuk mendidik sendiri, uang pelajaran bisa dipergunakan untuk makan enak dan pergi jalan-jalan ke manca negara (juga salah satu bentuk pendidikan).


©2009, Kumpulrebo.multiply.com, semua hak cipta dipegang penulis. (© = silakan salin/tempel seutuh tulisan ini, termasuk judul dan URL.


Kalimat mutiara kali ini:

Bukanlah Keadilan - yang menjadi supir; pembantu; bujang; bedinde si manusia, melainkan kejadian; bahaya; Peruntungan yang jadi sahabat Waktu penyabar - yang memegang timbangan seimbang. (Joseph Conrad, "Lord Jim")


Catatan kecil:

Barangkali tidak banyak yang tahu kalau Tegal terkenal juga banyak pande besi atau pandai besi. Mereka banyak tinggal berkumpul di Talang. Entah kenapa desa atau kecamatan ini dinamakan begitu. Mungkin juga karena pande besi paling senang membuat saluran air hujan yang dinamakan 'talang' dalam bahasa Tegalan untuk atap yang hanya bisa terbuat dari besi campuran seng.

Selasa, 08 Desember 2009

Kamus Peribahasa

Beberapa waktu lalu saya mendapat koleksi buku baru - edisi lama, kamus peribahasa, karangan Prof. J.S Badudu. Bukan karena pengaruh film sang pemimpi, atau pengaruh Andrea Hirata dengan pesona melayunya, namun kangen dengan segala petitah-petitih dalam peribahasa yang hampir 30 tahun lalu tak pernah lagi dibaca.

mengeksplorasi khasanah peribahasa melayu ibarat menonton "novel", perjalanan manusia dengan beragam cerita hidup, dalam setting tahun 1920-an.

tahukah anda cerita dibalik peribahasa " Ibarat Belanda Minta Tanah?"

tahukah anda makna peribahasa " Ibarat Perahu Belajar Berenang?"


Sabtu, 12 September 2009

tor soro : mitos yang menyelamatkan suatu species



Ketika suatu keadaan membuat suatu hal menjadi hampir pasti menuju ketiadaan, maka mitos kadang dapat menyelamatkan mereka.  Hal ini terbukti pada satu jenis species ikan di asia ; Tor Soro.
Ikan yang hidup di perairan air deras sepanjang sungai- sungai di Asia ini sebenarnya sudah masuk daftar satwa terlarang untuk diburu, harus dilestarikan.
Namun kondisi di alam yang memang sulit untuk dibudidayakan, maka di Tapanuli selatan, perbatasan selatan- sumatera utara species ikan ini dilindungi di wilayah bernama Lubuk larangan ( prohibited riverbed ) , di Kuningan- Jawa Barat, species ini dilindungi mitos sebagai reinkarnasi pasukan majapahit yang dikutuk dewa, JADI IKAN DEWA dan sepertinya sudah berbiak secara alami dan dimanfaatkan penduduk sebagai  fish spa alami.  di Pedalaman Padang - species ikan ini dilindungi "tulah" atau kutuk yang akan mengenai siapa saja yang berani sembarangan mengambilnya......hmhhh.....jenius juga.
Tapi kenapa di semenanjung malaya, mereka berhasil membuat sanctuary ikan species ini, itu yang saya heran. Dan sudah menjadi bagian dari wilayah perlindungan kementrian perikanan mereka, dan di Namthok Phlio -Thailand; ikan jurung ini jadi artis pengisi wisata bahari di sungai2 disana - percaya atau tidak. Berarti  menterinya kerja - kesimpulan  saya begitu. thanks to Ben@Flickr for amazing pictures

Kamis, 30 Juli 2009

asap cair dan biopestisida

Beberapa waktu lalu blogwalking dan berjumpa dengan asap cair di internet, teknik yang dikembangkan PPKT djokdja ini tampaknya butuh disosialisasikan pada masyarakat produsen makanan sebagai alternatif pengganti bahan pengawet kimia yang jelas berbahaya. Jangankan formalin atau borax, bahkan kristal asam sitrat yang sering dipakai sebagai pengawet manisan itupun juka dikonsumsi dalam jumlah dan waktu yang panjang berpotensi merusak jeroan kita.......wek.
Teknik pembuatannya yang berbasis kondensasi, mengingatkan saya pada sekelompok petani di dataran tinggi Karo, di Sumut, yang belakangan ini mengembangkan pertanian organik dengan berpupukkan kompos padat dan kompos cair, ber-antihama-kan asap cair yang berasal dari kayu2 sisa dari sekitar mereka, dan berbuah manis dengan padi mereka yang tumbuh subur dan berbunga sangat rimbun
Pikiran cabul saya berandai-andai, jika semua petani memakai pupuk kompos padat dan cair buatan sendiri, dan memakai pestisida yang berasal dari kayu2 sisa di sekitar mereka, apa nggak bangkrut tuh pabrik pupuk kimia dan pabrik pestisida...hahahaha.

Tapi yang mengganggu saya , adalah produktivitas hasil petani di dataran tinggi karo tersebut, dengan bertani organik, jauh lebih tinggi dibandingkan jika mereka memakai pupuk dan pestisida kimia......Hmm....

Pestisida yang saya maksud adalah bio pestisida, dibuat dengan cara memanaskan sisa2 kayu dan serpihan2 kayu sampai menjadi arang, asap yang dihasilkan dari pemanasan tersebut kemudian didinginkan dan ditampung seperti gambar diatas, bedanya asap kayu cair ini berwarna hitam pekat, dan dalam 3 bulan akan mengendap menjadi 3 lapisan, lapisan paling bawah berbentuk ter, lapisan tengah air, dan lapisan paling atas minyak.
Biopestisida berwarna hitam ini terbukti efektif mengusir hama2 pada tanaman produktif seperti jeruk dan sayur mayur.
Menurut petani dataran karo itu, teknik ini sebenarnya sudah dikenal oleh petani2 di Muangthai sejak nenek moyang mereka, yang menyuling sisa2 kayu,bambu,dan ranting2 untuk dipakai sebagai pengusir hama.

Jumat, 05 Juni 2009

Negara ini bisa bangkut sumber alamnya, tanpa KONSERVASI

jika anda pernah mendengar kata " sasi" atau " lubuk larangan", maka bentuk seperti itulah ujud sebenarnya konservasi tradisional yang dilakukan warga adat di papua ( sasi) dan melayu ( lubok larangan). Pada dasarnya prinsip keduanya sama, membatasi pemanfaatan sumber2 alam secara berlebihan dan mencegah sifat serakah manusia - yang manusiawi tentu saja- dengan denda adat yang luar biasa mahal. Di Tapanuli,bila larangan dilanggar dendanya nggak main2- 100 zak semen, yang dipakai untuk pembangunan kampung. di papua dendanya bisa berupa kerja sosial atau menyumbang bibit pohon produktif sebanyak- banyaknya.



di Teluk Triton, papua,daerah kepala burung, sasi dikelola secara adat dan dimanfaatkan hasil ekonomisnya secara maksimal, tujuan utamanya adalah memetik hasil alam yang sejati, dalam bentuk sebaik2nya ( timun laut raksasa, kerang lola ukuran besar) dengan bijaksana. Lain lagi di melayu Lubuk larangan dijadikan atraksi wisata-warga dan pendatang untuk menjala ikan2 disana, sangat2 sederhana dan momen ini dijadikan aya tarik wisatawan kedaerah itu.




salah satu even yang gagal dimanfaatkan pemda suatu daerah contohnya even berburu "Nyale" atau bau Nyale atau cacing laut di wilayah Lombok. komoditas alami endemik yang hanya muncul setahun sekali dan bisa menyerap wisatawan asing dan domestik dengan sangat baik, gagal dimanfaatkan secara bijak,baik oleh Pemda maupun keserakahan warga yang mengeksploatasi nyale secara berlebihan. Akibatnya belakangan ini Nyale yang hanya muncul pada bebrapa hari setiap tahunnya tidak sebanyak sepuluh tahun lalu.

Apa yang membuat Pemerintah tidak bertindak melindungi sumber2 alamnya sendiri...?
Pertanyaan bodoh mungkin, namun dapat saja suatu pemerintahan memang lalai dan abai untuk membiarkan sumber2 alamnya dikeruk oleh CUKONG2 kayu,CUKONG2 pasir, CUKONG2 batik,dan jutaan CUKONG2 lain yang semata2 tidakpunya kepentingan kecuali mengeruk harta dari kampung halaman kita.

atau seperti dikatakan Rizal Ramli, capres dari PIB yang mengatakan

"lebih mudah menggadaikan negara,menjaminkan negara dengan asetnya daripada melindungi sumber2 alamnya".........

emang bener pemimpin kita punya attitude kayak gitu pakRamli? bagaimana jadinya negara kita seratus tahun lagi ya.

Senin, 18 Mei 2009

Inovasi Dari Daerah - Panel surya-solar cell- murah terjangkau

Kabar berikut pasti sudah anda dengar, Penemuan teknologi panel surya murah dari Magelang. Tapi secara SCTV salah kutip, harga yang dicantumkan mungkin tidak semurah itu . Panel surya penghasil daya 1000 Watt seharga Rp. 700.000,- ? mmmm.....mungkin besok kapan kali yee...

Selasa, 17 Maret 2009

TUBAN.....Kota Tua Yang Tersapu Sejarah

Di postingan saya sebelumnya memang judulnya terinspirasi dari Blognya AKLAM : hifatlobrain.
Yos de potogaper dengan gambar2 eksotisnya sedikit mengulas tentang tuban ...dan ini melekat di sudut bagian memori saya sejak setahun yang lalu.
ada apa di tuban.....kira2 begitu pertanyaan saya ketika ajakan itu menarik saya, yang pertama muncul di benak adalah ;

satu: LEGEN... dan TOAK, di semua tempat yang menjual nira siwalan alias legen hampir selalu mereka bilang "ini dari Tuban mas" ( gak tau beneran apa bukan) . Anda sudah pernah melihat sosok buah siwalan kan?

Lalu Tuak alias Toak tuban adalah " Juice Liquor " alias nira siwalan murni yang difermentasi hingga kadar alkoholnya meningkat hingga nggak tau berapa puluh persen, normalnya sih 10 % yah nggak tinggi2 amat, tidak seperti CIU mBekonang, yang dari gossip yang saya denger dari anak2 AGL kadarnya sampai 40 % gila apa...? yaah mirip tuak Nias lah, atau tuak Medan, bedanya tuak Medan dibuat dari nira pohon aren yang difermentasi dan ditambahi dengan potongan2 kayu yang berasa pahit, lalu dikemas di botol2 lalu beredar di lapo2 tuak di sepanjang rute Bus ALS, sampai ke kawasan nongkrong sopir metromini Jakarta yang notabene suku etnis Batak, sampai lapo2 ( nama lain warung yang menyediakan tuak) di setiap daerah di nusantara ini. Biasanya sih Tuaknya belum lengkap bila tidak dihidangkan dengan daging anjing ( sory buat pecinta anjing), lalu sambil pada mabok..pecinta2 botol itu berdendang...."LISSSOY!!"
tidak seperti tuak medan ; Toak Tuban dikemas dalam Jerigen2 ukuran sepuluh liter. Penjualnya pun kadang2 ibu yang sambil menggendong anak balitanya, sambil lalu. Salah satu tempat penjualan legen dan Toak tuban ini adalah jalan Raya Tuban -Babat. Selain menjual Legen mereka juga berjualan Ikan Jambal roti Kering yang dikemas sederhana dalam plastik transparan. Jambal roti kayak gini paling lezat jika dibuat nasi goreng ikan asin, atau pepes peda.....uhhhh....... ( tapi waktu ngobrol2 soal ikan asin yang diawetkan dengan formalin jadi hilang selera nih...he)
dua: Teri nasi kualitas wahid yang melebihi teri Medan - yang ini diekspor ke Jepang, dan sisanya beredar di kota Semarang dalam bentuk suvenir kecil2 bertuliskan "BALADO TERI" Merk GN di toko oleh2 PALING TERKENAL di jalan Pandanaran, Semarang. merk GN..? BALADO TERI "GN" ini memang ada ceritanya. Pembuatnya Oma Gwan Nio pada suatu saat di awal tahun 80'an, mereka sekeluarga berziarah ke pantai Tuban tempat abu jenazah salah satu leluhur mereka disana. Sepulangnya dari Tuban Oma Gwan memutuskan untuk membuat cemilan teri kacang dan dikemas kecil2 untuk dikirim ke toko di Semarang.
Akhirnya Teri Balado itu sekarang telah beredar ke semua tempat, sampai ke Perancis, Amerika, untuk bekal piknik dan seterusnya.

Kesan pertama saya tentang kota Tuban adalah : "ternyata saya selama ini salah paham..!"
saya sangka Tuban kota Kecil, yah seperti kota Rampah yang berada di antara Tebing Tinggi dan Medan keyek gitulah....ternyata Tidak!!

Tuban seperti Jogja.

Setiap sudut jalannya lurus menghadap utara dan Selatan, as Square as blocks..!!
Luar Biasa......kata yang udah pernah ke California....kotanya ya kayak gitu.....ooooo....gitu ya?
Jalan Utamanya tetap menyusuri pantai Utara Jawa dan perkembangan kota mekar kearah Selatan, termasuk alun2 kota yang ada di sisi jl. Sudirman - Tuban.
jadi jika Aklam cerita kota ini sudah berumur 700 tahun, bagi saya mungkin lebih..!!
di atlas nusantara untuk Sekolah Menengah Atas yang saya baca baru2 ini di Gramedia, sejak era sebelum tahun 12oo masehi , desa Tuban sudah eksis sebagai pelabuhan kapal2 antar benua di Nusantara....WAW.

Berbekal informasi seadanya pencarian Batik Tulis Tuban kami mulai dari sebuah showroom yang ditunjukkan oleh staff Hotel di jalan Basuki Rahmat. dan dari perjalanan antar toko sampailah kami ke workshop batik tulis "Zaenal Gedog Tuban".



Motif primitif khas Tuban memang asing bagi yang baru pertamakali melihatnya. Namun sekali bentuk itu tergambar, setiap kali kita melihat bentuknya akan langsung terasosiasi dengan " Batik Tuban". Seperti yang diulas Kmelina di blognya ,

Batik selama ini identik dengan Solo Jogja dan Pekalongan.

" Batik di Tuban!? ..kayaknya nggak ada deh..."

itu bunyi sms sobat saya Qijer, waktu saya bilang saya ada di tuban lagi lihat2 batik tulis.
Mas Wiwied yang sederhana dengan keringat berlelehan karena workshop yang pengap karena panas lilin/ malam yang dikerjakan puluhan pembatik tulis disana, menceritakan bagaimana mereka bergulat dengan permintaan pasar yang lebih memilih baju muslim dan batik dari pekalongan.

Namun dari pola dan design gambar serta kehalusan pekerjaan memang Batik Tuban berbeda dari semua batik alusan dari kota2 lain.
Tapi itulah khasnya Batik Tuban, primitip ...kalo kata bang Mandra'

Minggu, 15 Februari 2009

Belajar dari TIMUR

Ketika melihat salah satu artikel di Badan koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional , saya jadi inget dulu obrolan dengan temen2, yang bilang jangan dikira kamu berak (maaf) itu cuma buang hajat. kamu buang kemana "sampahmu"? ke WC kan? kamu pikir setelah itu selesai?

" intinya apa pembicaraanmu itu..? " aku bertanya bingung.

"Bumi itu hidup....." jawabnya serius sambil melanjutkan omongan soal kuantum dimensi dan lain2 yang makin tak kupahami.

"au ah lllap...." potongku sambil nyeruput bajigur di warung depan RS PKU , Kauman.

Obrolan yang kadang menghabiskan waktu lebih lama daripada wedang bajigur dan nasi goreng atau nasi gudhegnya, tapi si Mbak nya nggak protes tu......la kan dia buka sampe pagi ...cuy..

Baru hari ini aku tahu kalau Bumi itu hidup...itupun dari web nya BAKORsultanahmbuhangel. Bangsa Jepang yang sudah kebal dengan gempa bumi dan bencana alam menemukan teknologinya. Berapa jiwa bisa diselamatkan dengan teknologi ini dengan mengetahui lebih awal gempa yang akan terjadi. Jepang emang luar biasa.



Semoga selanjutnya Bangsa ini sadar, jangan terlalu banyak menoleh ke Barat (nanti thengeng)........LIHATLAH KE TIMUR....... Asia bukan bangsa Kelas Dua. India, Jepang,China bukan lagi kelas teri.
Mudah2an kita bisa jadi bangsa yang percaya diri, nggak minderan -rendah diri di hadapan orang kulit putih, tunduk pada semua kemauan mereka dan mau diperdaya.

beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan seorang WN Australia (aslinya Jetis) yang bersuami bule Australia. Dia cerita kalo aliran kepercayaan Jawa yang dilakoninya, di Australia malah diminati banyak orang, dan mereka rela mengganti nama dengan Fatimah Webster, atau Wongso Carter.

" ah masa sih Mbak...?" saya kurang percaya.

Mereka Nyantrik pada guru dan rela disuruh2 seperti pembantu layaknya oleh sang guru.
Saya tersenyum membayangkan si pak Guru yang nyuruh ngepel Bule Australia .....

Senin, 18 Agustus 2008

keutamaan bangsa Tionghoa : meramu obat

Judul diatas hanya satu dari ratusan mungkin ribuan kemampuan yang dimiliki suku bangsa Tionghoa.Ilmu pengobatan tradisional tiongkok sudah disusun dalam kitab2 kuno sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, dan mereka mewariskannya turun temurun. Namun sejak Penghancuran kitab2 di era akhir masa Yongle dan berubahnya strategi Kaisar untuk menutup diri dari dunia luar, maka pengobatan ini hanya dikenal oleh mereka yang mewarisi dari garis silsilah mereka. Secara garis besar, bangsa tionghoa yang merantau dari China daratan menghindari peperangan di akhir dinasti Ming, terdiri dari berbagai suku2 dengan keahlian masing2, ada suku yang mahir berdagang, suku yang mahir meramu obat dan menjadi tabib, suku yang mahir memasak, suku yang mahir membuat alat2 persenjataan, dan mereka terpencar ke seluruh penjuru dunia , secara tidak langsung melakukan transfer teknologi atas pengetahuan mereka.

Kebangkitan olimpiade Beijing 2008 akan menjadi awal jalan panjang, usaha pemerintah RRC untuk merangkul dunia agar mau bersama2 mewujudkan dunia yang damai, nyaman dan menyenangkan.

ramalan dari pelosok amerika tentang wilayah amerika yang segera berubah menjadi kuning, hanyalah simbolis tentang kekuatan bangsa tionghwa yang sudah merasuk dalam kehidupan di Amerika, tidak akan terhindarkan.

pengobatan tradisional Tionghoa harus menjadi pengobatan utama di dunia, dan pengobatan medis modern sebagi pendamping

Keutamaan bangsa Melayu Belitong : pantun

Kalau ada sumur di ladang,
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalu ada umurku panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi

pantun pendek diatas ,hanya sebatas susunan kata2, namun makna disebalik semuanya, tentang rindu kawan, rindu kekasih, dan macam2 rindu lainnya yang bisa merangkum semuanya. Bangsa melayu punya kecerdasan luar biasa membuat pantun.
Andrea Hirata menggambarkan kecerdasan itu sebagai " Bukan Rang melayu bile tak pintar bersilat lidah", adalah gambaran populer tentang hal tersebut. Keinginan Andrea mengangkat sastra melayu lewat novel2nya, menggugah minat kaum muda mempelajari kebudayaan melayu,khususnya Melayu Belitong.
Dan bangsa Melayu Belitong punya kelebihan daripada bengsa melayu yang tinggal di pedalaman dan pesisir sumatera ( biasa disebut "maye-maye") , termasuk suku bangsa melayu yang telah berasimilasi dengan suku batak, dengan mempunyai marga. Wilayah Mandailing natal, Sibolga, tarutung ( namun mereka menolak dikelompokkan suku batak..!)
"kami orang Mandailing......" kata mereka.

bangsa Melayu Belitong masih kental terpengaruh "proto melayu", letak mereka yang ditepi selat melaka menguatkan aksen tersebut. Dan kemampuan bangsa melayu Belitong mengatasi perbedaan budaya antara etnis Tionghoa - Melayu adalah kelebihan yang saya maksud.Malaysia yang mengklaim sebagai sumber kebudayaan Melayu tidak sanggup mengatasi hal ini.

bangsa Melayu Belitong dan penduduk tionghoa asli yang menetap disana sejak entah kapan - ditunjukkan oleh dokumentasi ekspedisi Zheng He ke Bangka- , seolah sudah menjadi satu kesatuan bangsa.

Namun kenapa ASSET seistimewa ini tidak dijadikan modal bagi bangsa ini untuk mengatasi perbedaan2 yang ada, kerusuhan Mei 1998 adalah contoh konkrit bagaimana suatu hal yang kita anggap tidak bermasalah, dapat jadi arang yang disiram bensin.

mari contoh bangsa melayu belitong

Satu lagi suku tersembunyi muncul ke "dunia"






Selama ini kita hanya tahu suku2 pedalaman di nusantara sebatas yang diliput media, sebatas tujuan pariwisata, sebatas keunikan mereka dan sebatas mana mereka akan dieksploatasi.




Suku tersembunyi dipakai sebagai term , karena menurut saya, semula suku tersebut sudah hidup di tempatnya selama ribuan tahun, DUNIA lah yang menemukan mereka, sama seperti ketika colombus membawa suku pigmea, sama ketika Zheng he mencatat perilaku orang Jawa yang pemarah dan suka berkelahi, sama ketika pendatang2 dari eropah mesuk ke benua Asli Amerika dan menemukan suku asli Amerika.

Belajar dari tragedi yang dialami bangsa Indian Amerika, seharusnya suku2 tersembunyi ini HARUS DIBIARKAN tersembunyi dengan mitos yang mereka miliki, agar pihak luar tidak dengan semena2 mengeksploatasi sumber2 yang mereka miliki.

Apa yang ingin saya sampaikan adalah setiap Puak punya "tanda" tersendiri, mereka harus dihormati, mereka harus dihargai sama seperti kita ingin dihargai orang lain.

"tanda" yang mereka miliki atau ciri- ciri mereka harus dibiarkan sebagai bagian dari khazanah dunia, tidak boleh diklaim /dimiliki segelintir orang demi kepentingan mereka.

tanda yang saya maksud disini adalah kecerdasan yang dimiliki suku tersebut, kecerdasan mereka memahami tanaman obat, kecerdasan mereka memahami gejala alam, kecerdasan mereka menguasai sesuatu, harus dibiarkan sebagai milik mereka, dan KALAUPUN ADA orang lain yang ingin mendapatkannya, harus dengan cara yang fair, bukan dengan menghancurkan eksistensinya.

Sudah cukup tindakan biadab seperti ketika bangsa Spanyol memerangi suku INCA dan AZTEC , meracuni mereka dengan alkohol, dan memusnahkan mereka dengan kuman dan penyakit.

suku LOM di bangka barangkali sudah teridentifikasi oleh dinas sosial RI, tapi kompetensi dinas itu saja barangkali tidak cukup untuk mengenali mereka.
Mengenal mereka sebagai manusia, mengenal kebudayaan mereka, dan kebijaksanaan yang mereka miliki.

Suku Lom, Kemurnian di Tengah Hutan Bangka

“HATI-hati masuk ke daerah suku Lom. Niat hati harus bersih dan tulus. Kalau hati kotor, nanti bisa kena celaka, bisa-bisa malah tidak bisa keluar lagi.” Demikian pesan banyak orang kepada siapa pun yang akan mengunjungi suku Lom.

SUKU Lom merupakan suku unik yang tinggal di Dusun Air Abik dan Dusun Pejam, Desa Gunung Muda, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Mereka juga sering disebut sebagai suku Mapur karena mula-mula sebagian besar tinggal di Dusun Mapur. Suku tersebut dikenal sebagai salah satu komunitas yang masih kuat memegang kemurnian tradisi di tengah perubahan zaman.

Sebenarnya kawasan adat suku Lom hanya berjarak sekitar 13 kilometer dari kota Kecamatan Belinyu. Motor dan mobil masih bisa masuk ke daerah itu saat tidak turun hujan, meski harus menelusuri jalan menuju tanah di tengah hutan Gunung Muda dan Gunung Pelawan yang rusak dan berlubang-lubang.

Kemurnian tradisi suku Lom selama ini dibumbui berbagai mitos, misteri, atau legenda yang menakutkan sehingga sebagian masyarakat enggan menyinggahi kawasan itu.

Memasuki perkampungan suku Lom di Dusun Air Abik, tak ubahnya melihat perkampungan warga biasa di daerah lain. Rumah-rumah kampung berjajar rapi di kiri-kanan jalan. Sebagian bangunan rumah sudah permanen, semipermanen, dan sebagian lagi masih berupa rumah kayu sederhana dengan atap genting. Bahkan beberapa rumah dilengkapi parabola. Ada juga beberapa mobil dan sepeda motor.

Keunikan suku itu mulai terasa ketika mereka ditanya tentang agama. Kolom agama kartu tanda penduduk (KTP) pada sebagian suku itu dibiarkan kosong, sebagian ditulis ’agama Islam’ sekadar untuk formalitas.

“Saya tidak punya agama. Tetapi, saya menghargai orang lain yang beragama. Yang penting saya hidup baik-baik, bisa makan dan minum setiap hari, serta tidak menyakiti orang lain,” ucap Sli (42), warga suku Lom yang tinggal sendirian di daerah agak pedalaman.

Sebutan lom pada suku tersebut merujuk komunitas yang “belum” memeluk suatu agama. Menurut sejumlah warga, sebutan itu mulai muncul sejak zaman kolonial Belanda yang berusaha mengidentifikasi penduduk berdasarkan agama yang dianut. Hingga sekarang, anggota suku yang masih memeluk adat disebut “Lom”, sedangkan yang telah memeluk agama formal tertentu berarti telah menjadi “bukan Lom”.

Kepala Dusun Air Abik, Tagtui, menjelaskan, dari 139 keluarga yang tercatat, sebanyak 62 orang tertulis beragama Islam, 13 Kristen, dan dua orang Buddha. Sebanyak 62 orang lagi memeluk kepercayaan adat atau masih murni “Lom”. Namun, sebagian besar warga yang secara formal telah memeluk agama juga masih memercayai adat yang dipatuhi sejak nenek moyang.

“Sejak kecil saya tidak punya agama. Saya masuk Islam ketika menikah dengan istri yang Muslim tahun 1997. Tetapi, saya masih memercayai hukum-hukum adat sampai sekarang,” papar Tagtui.

Menurut penuturan tetua adat setempat, Mang Sikat (62), adat suku Lom dibangun dari keyakinan bahwa mereka dilahirkan dari alam semesta. Gunung, hutan, sungai, bumi, langit, dan hewan merupakan bagian dari alam semesta yang menyatu dengan nenek moyang sehingga harus dihargai. Dalam setiap perwujudan alam terdapat roh atau kekuatan yang selalu menjaga dan mengawasi manusia. Kutukan akan menimpa siapa pun yang melanggar kekuatan alam.

Keyakinan akan kutukan itu diperkuat oleh mantra-mantra yang digunakan untuk setiap tindakan yang dimuati tujuan khusus. Ada mantra untuk jirat, yaitu semacam doa untuk menjaga ladang dari pencurian. Ada mantra untuk menghipnotis orang agar mengakui kejahatan yang dilakukan. Juga ada semacam gendam untuk menarik minat lawan jenis sehingga jatuh cinta atau untuk menjaga kelanggengan pernikahan.

Berbagai mantra itu terutama dikuasai para dukun adat demi menjaga keamanan dari serangan luar, melestarikan tatanan sosial, sekaligus menempa kepercayaan diri setiap anggota suku. Meski digunakan dengan hati-hati untuk keperluan khusus, keampuhan mantra suku Lom acap jadi gunjingan khalayak luas sehingga masyarakat cenderung berhati-hati terhadap kekuatan magis suku itu.

KEYAKINAN itu melahirkan adat unik yang sebagian masih ditaati suku Lom hingga kini. Mayat anggota suku yang meninggal, misalnya, tidak boleh diantar ke kubur melalui pintu depan karena dia pergi untuk selamanya dan tidak kembali lagi. Mayat dibawa lewat pintu belakang, atau bila perlu menjebol dinding samping.

Adat lain, wanita hamil dilarang duduk di tangga rumah karena tangga menjadi perlintasan roh-roh. Roh-roh itu bisa masuk dalam kandungan sehingga menghambat proses kelahiran. Bersiul di ladang juga dihindari karena akan mengusir roh kehidupan yang memasuki tanaman yang baru tumbuh, akibatnya bisa gagal panen.

Keterasingan menciptakan bahasa Lom yang unik. Kata- kata diucapkan dalam percakapan yang cepat dan penuh intonasi. Suku Lom menyebut ika untuk mereka, nampik untuk dekat, nen berarti ini, bu untuk nasi, dan maken air berarti minum. Bahasa itu berbeda dengan bahasa Melayu atau China yang terdapat di lingkungan di sekitar suku Lom.

HINGGA saat ini, suku Lom masih berusaha menjaga keyakinan adat. Para orang tua umumnya membebaskan anak untuk bersekolah, tetapi anak- anak biasanya tidak pernah menamatkan sekolah dasar. SD Negeri 24 di Dusun Air Abik yang berada di pinggir dusun hanya diikuti 48 siswa. Itu pun sebagian berasal dari lingkungan di luar suku.

Menurut Kepala Sekolah SDN 24 Dusun Air Abik, M Bundiar, jumlah anak yang masuk sekolah bisa mencapai puluhan siswa. Tetapi, anak-anak suku Lom rata-rata berhenti sekolah saat menginjak kelas II, III, atau IV.

“Kesadaran terhadap pendidikan pada suku Lom masih sangat rendah. Banyak yang tidak sekolah. Kalau sudah masuk, ada saja anak yang putus sekolah setiap bulannya. Kadang ada yang minta izin bekerja membantu orangtua di hutan dan tidak pernah masuk lagi, atau tiba-tiba hilang begitu saja,” tuturnya.

Beberapa warga suku Lom menganggap pendidikan hanya akan mengajarkan tabiat dunia luar yang dipenuhi kebohongan dan nafsu mengejar materi. Yudi (32), salah satu warga, mengaku tidak pernah sekolah sehingga tidak bisa membaca dan menulis. “Saya selalu ke ladang untuk memelihara 100 batang lada putih, buah-buahan, dan tanaman lain. Saya hanya butuh hidup dengan bahagia bersama warga di sini,” ujarnya.

Suku Lom cenderung menghindari budaya asing yang bertentangan dengan tradisi. Puluhan tahun lalu adat masih melarang anggota suku untuk menggunakan sandal, jas, jaket, atau payung karena dianggap menyamai gaya dan perilaku para penjajah. Sekarang ikatan itu mulai mengendur seiring dengan perkembangan zaman, tetapi sikap kritis terhadap dunia luar masih tetap dipelihara.

Dalam sejarahnya, belum pernah ada anggota suku yang tersangkut atau dipenjara karena melakukan tindakan kriminal. Suku Lom yang asli sering diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir; masih murni dan polos

Minggu, 20 Juli 2008

air hujan dan tolak angin

Suatu saat dulu masa kita masih kecil, orang tua kita melarang kita bermain2 hujan, " Nanti sakit...nak..", kata mereka, lalu saat kita dewasa dan merasa harus dan perlu main hujan, kita merasa sudah terlambat..( betulkah?)

akhirnya saya selalu punya alasan untuk mandi air hujan, bila musim hujan tiba, talang air yang tersumbat, daun2 sisa ujung kemarau yang menutupi mulut pembuangan air, drainase got depan rumah yang kurang bagus, atau hanya sekedar memeriksa ketinggian air di ujung jalan depan rumah yang terus meninggi.

saya cuma butuh satu argumen kenapa orang2 selalu membuat mitos bahwa air hujan menyebabkan kita sakit.......dan saya akan punya setiap jawaban dari setiap argumen yang akan disampaikan.

Air hujan bukan sumber influenza, bukan pula penyebab demam, bahkan biji rumput yang terbenam lumpur selama empat tahun, terkena air tidakkan terpengaruh, namun air hujan akan memecahkan selubungnya dan tunasnya akan tumbuh dengan segera.
kurang yakin...? buktikan sendiri