Tampilkan postingan dengan label Asia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asia. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Oktober 2011

BUSHIDO & menteri yang mundur

Sikap ksatria yang dulu saya sering baca di novel milik kakak saya- mushashi.. rela mati demi negara dan pemimpinnya. seorang Ksatria dididik mempunyai jiwa Bushido - jiwa bela negara - rela mati demi negara dan bangsanya, bentuk tertinggi etika kepahlawanan vesi jepang. Dan rela melakukan seppuku ( harakiri-harakanan kata pakdhe Asmuni ) yaitu merobek perut sendiri jika terbukti gagal melakukan tugas sebagaimana diperintahkan. 

" Jepang adalah negara yang kerap diwarnai pengunduran diri pejabat. Budaya malu dan merasa bersalah begitu kental dalam kehidupan mereka. Apabila seorang pejabat publik bersalah, secara otomatis ia akan mengundurkan diri dari jabatannya. "

Dalam tradisi parlemen dan pemerintahan Jepang, mundur dari jabatan Publik adalah hal yang lumrah, mundur  sebab gagal menangani bencana, mundur sebab tidak memenuhi janji politik,  bahkan menurut Kompas  Perdana Menteri Naoto Kan, yang saat ini menjabat, adalah Perdana Menteri Jepang ke-lima dalam lima tahun terakhir ini. Rata-rata PM Jepang bertahan antara 200 hingga 300 hari. Mereka mundur karena merasa tidak mampu memimpin Jepang, ataupun tidak sanggup memenuhi janji politiknya. Berulangkalinya pejabat Jepang mundur ini mengakibatkan ongkos politik menjadi begitu mahal dan Jepang terus terbelit dalam masalah ekonomi yang tak kunjung usai.


Namun sikap moral seperti ini yang dibentuk dari rasa tanggung jawab yang besar terhadap Rakyat - tentu saja positif.  Pejabat publik yang merasa terpilih dan tak mau tau lagi urusan rakyat kecil tidak pantas duduk jadi pejabat. Pejabat yang lebih mementingkan kepentingan dagang kroni dan kepentingan dagang suatu golongan  bukan pula pejabat yang harus dipertahankan dalam pemerintahan.

Menteri Perdagangan Kabinet Presiden SBY
Menyikapi Menteri dalam Kabinet Pemerintahan SBY yang mundur sebab alasan pribadinya terekspose publik- Harus dijadikan momentum untuk menyorot pejabat publik dan pejabat partai yang  jelas- jelas tersangkut masalah hukum namun - membuta - dan - membisu - bersikap " semuci suci " seolah tidak berdosa tentang kasus hukumnya.



Biarkan yang mundur menyelesaikan permasalahannya, dan ada baiknya sikap ksatria seperti ini dijadikan sikap panutan yang patut dicontoh, Habis perkara...


Kamis, 21 Juli 2011

kenduri ikan kayu

 Persiapan yang dilakukan pihak keluarga pengantin putri ( dara baro) sedikitpun kami tidak diberi tahu, semula malah saya sudah hendak berangkat dengan memakai sepatu, akhirnya malah cuma pakai sendal seperti lainnya.
keponakan kami yang  kebetulan jadi pengantin pria ( Linthu baro) datang menjemput ke penginapan dan mengajak kami semua ke kediaman keluarga Pak Rahmat - kakak angkatnya yang mengurus semua persiapan pernikahan adat  Acheh tersebut. 
penjemput kami datang dan selama perjalanan itulah kami sempat merasakan bagaimana sigapnya  mereka, berkendara ala konvoi ,meskipun cuma dua mobil..hehe.. mungkin memang begitulah keseharian mereka berkendara mobil......hhhh....sport jantung kami.
sesaat kami sampai di kediaman pak Rahmat, beliau menyambut kami dengan  takzim....,masyaallah...tersentuh hati saya.
Memang pada dasarnya kami yang awam dengana adat Nangroe...jadilah kami terpelongok-longok menyaksikan,  persiapan keluarga pengantin pria, bagaimana peran Pak Keuchik  yang sangat menentukan dalam suatu prosesi pernikahan.  Semenjak dari proses perkenalan keluarga dan pertunangan sampai selesainya acara pernikahan. Namun berkat pak Rahmat lah semua kerumitan itu jadi sederhana, terimakasih Bang Rahmat.

Bang Rahmat
Sesampainya di kediaman pihak pengantin wanita, dan menanti sesaat dua saat - ternyata Pak Kheucik kampong yang bersangkutan belum hadir, jadilah kami semua - pihak pengantin Pria dan Wanita menunggu beliau......memang demikian tata kramanya. dan saat menunggu itulah saya mencium aroma wangi kari Acheh yang legendaris itu...

Suasana yang semula agak tegang berubah jadi cair saat kami-rombongan pihak pengantin pria masuk ke ruang tamu yang telah disiapkan jadi tempat akad nikah. di ujung ruang terdapat tempat duduk pengantin pria berbentuk miniatur masjid raya berwarna merah berbordir perak - mewah sekali. Pengantin duduk di atasB kasur berhias senada- duduk menanti saat akad nikah dimulai,  dengan diawali menyantap hidangan kenduri

kenduri nikah aceh
properti to http://dapurkoe.blogspot.com/2007/08/blog-post.html


di Tengah ruangan sudah tersedia hidangan kenduri bermacam-macam, makanan utama pencuci mulut dan minuman. Segera setelah kami disambut langsung wakil tuan rumah mempersilahkan untuk menyantap hidangan yang sudah tersedia.
ingatan saya mundur 30 tahun ke saat  kenduri khitanan saya, di pedalaman sumatera dulu, makan bersama mengelilingi satu tampah berisi hidangan yang bersahaja..........hmmmm.......
kebetulan di sebelah saya duduk warga Asli Banda aceh yang berangkat bersama kami tadi, ya sutralah....saya interogasi habiss........"pak,yang itu makanan apa namanya....yang ini,apa, kalo yang sana itu,pak?.."
Namun beliau ternyata dengan senang hati menceritakan seluk beluk hidangan asli Aceh yang kami hadapi itu.
ada kari acheh
  kue kue khas Aceh, dan panganan ringan seperti Dhodoi, haluwa breuh, wajek, dan meuseukat




 property to http://news.okezone.com/read/2011/03/07/345/432148/bertabur-penganan-raja-raja-di-lampisang

dan ada  tumis "keumamah"- ikan kayu



dan sayangnya hidangan yang terakhir ini karena letaknya jauh dari duduk saya........urunglah saya cicip....hmmm  sayang banget.............keumamah........saya akan kembali .......wkwkwkk..

Selasa, 13 Oktober 2009

Jejak Debu Majapahit - AWAL BANGKITNYA NUSANTARA

Saya kaget betul waktu temen saya mengira saya mellanjutkan usaha MAK EROT , waktu posting saya tentang makanan tradisional maye-melayu Lemang saya buat. Jadi ternyata pusaka makanan daerah2 di Nusantara, belum tersiar secara luas - leterlijk.

Yang menjadi kesalahpahaman visual mungkin bentuk bambu2 yang silindris dan posisi tegak menjulang ini yang menganggap pusaka makanan lama ini sebagai " Obat kuat".....
Atau memang audiens yang terarahkan, sebab setiap kali saya merekomendasikan sesuatu pada audiens yang notabene pengantin baru adalah sistem,metode dan bahan racikan yang sesuai dengan kebutuhan audiensnya........pusing ngga bacanya.

Dan malam itu pembicaraan saya dengan Beliau merambah gudang2 perpustakaan alexandria, gudang2 perpustakaan kekaisaran Ming, dan gudang perpustakaan Majapahit. Kemana ISI PERPUSTAKAAN MAJAPAHIT DIBAWA LARI..? SIAPA PENCURINYA?

Karena kenyataannya setiap Kolonisasi, penaklukan wilayah, aneksasi dan Perebutan kekuasaan Wilayah apapun bentuknya, mesti membawa misi penguasa baru untuk menghapus - bumihanguskan jejak penguasa lama.
Dan Sifat Biadab ini dijadikan contoh buat penguasa2 baru yang muncul sesudahnya, runyam kan.

Beberapa pencarian yang saya lakukan menunjukkan, kamus bahasa Sanskrit - bahasa resmi MAJAPAHIT pada masanya telah dikomersialkan oleh beberapa oknum di luar negeri - dijual dalam satuan mata uang yang saya ndak kenal - PARADOX......!

lamat lamat saya dengar suara berat.........:


Sabtu, 12 September 2009

tor soro : mitos yang menyelamatkan suatu species



Ketika suatu keadaan membuat suatu hal menjadi hampir pasti menuju ketiadaan, maka mitos kadang dapat menyelamatkan mereka.  Hal ini terbukti pada satu jenis species ikan di asia ; Tor Soro.
Ikan yang hidup di perairan air deras sepanjang sungai- sungai di Asia ini sebenarnya sudah masuk daftar satwa terlarang untuk diburu, harus dilestarikan.
Namun kondisi di alam yang memang sulit untuk dibudidayakan, maka di Tapanuli selatan, perbatasan selatan- sumatera utara species ikan ini dilindungi di wilayah bernama Lubuk larangan ( prohibited riverbed ) , di Kuningan- Jawa Barat, species ini dilindungi mitos sebagai reinkarnasi pasukan majapahit yang dikutuk dewa, JADI IKAN DEWA dan sepertinya sudah berbiak secara alami dan dimanfaatkan penduduk sebagai  fish spa alami.  di Pedalaman Padang - species ikan ini dilindungi "tulah" atau kutuk yang akan mengenai siapa saja yang berani sembarangan mengambilnya......hmhhh.....jenius juga.
Tapi kenapa di semenanjung malaya, mereka berhasil membuat sanctuary ikan species ini, itu yang saya heran. Dan sudah menjadi bagian dari wilayah perlindungan kementrian perikanan mereka, dan di Namthok Phlio -Thailand; ikan jurung ini jadi artis pengisi wisata bahari di sungai2 disana - percaya atau tidak. Berarti  menterinya kerja - kesimpulan  saya begitu. thanks to Ben@Flickr for amazing pictures

Jumat, 07 Agustus 2009

SIDIK JARI BIOMETRIK

Membaca posting Blog Julian tentang pemilu di Malaysia, saya agak terganggu dengan keterangan Julian bahwa surat suara pemilu di malaysia - 8 Maret 2008 . Julian sendiri semula menyatakan heran kenapa di surat suara mereka terdapat nomor urut tercatat. di akhir postingnya, julian menegaskan lagi bahwa salah seorang lawyer koleganya menyatakan bahwa itu adalah praktek yang normal.

Thanks to Julian, that informed this one.

Menurut opini saya pribadi, nomor urut tercatat hanya praktek sehat untuk dokumen bisnis seperti Cek, faktur, nota, dan semua bukti2 keuangan yang memang harus dapat ditelusur keberadaannya secara jelas dan pasti, istilah mudahnya dapat dilacak.

saya tidak bermaksud memvonis sistem pemilu Malaysia, namun masing2 pemerintahan bebas memilih sistem pemilu masing2.

Harusnya wacana Depkominfo Indonesia tentang pemakaian sidik jari biometrik untuk Pemilu 2014 dilanjutkan - seperti moto pemimpinnya- menjadi kenyataan.
RI 1 sendiri sejak tahun 2008 sudah mendesak aparat untuk segera mewujudkan single identity number dilaksanakan di Indonesia

UK National ID CARD

dan bukan cuma di Indonesia , mestinya Asia Tenggara sudah harus memulai pelaksanaan pemilu dengan sidik jari biometrik , untuk menghindari pemilu yang curang dan dicurangi.
Jika Haiti tahun 2005 sudah kasak kusuk memperdebatkan hal ini, Ghana, Bolivia sudah kenapa kita belum?

Selasa, 17 Maret 2009

Bangunan Kolonial Tropis


Berita terbaru tentang bangunan kolonial tropis yang paling menggembirakan saya adalah berita tentang dipakainya kembali gedung Lawang Sewu di Semarang untuk tempat Reservasi Ticketing KA , hore......!!!!
Alasannya adalah akhirnya bangunan itu dihidupkan kembali dan difungsikan.....ditengah2 sudah langkanya bangunan kolonial tropis yang tersisa di kota2 di Indonesia.

Gaya Bangunan Kolonial Topis adalah satu dari gaya bangunan peninggalan Kompeni dimasa jaya mereka. Peninggalan Belanda satu ini memang Ironis. Pertama karena bangunan2 ini adalah wujud penguasaan sistem kolonial pada saat itu sebagai simbol kemewahan mereka di tanah jajahan mereka, namun disisi lain pemerintah2 kota yang gagal memahami peninggalan itu sebagai asset berharga baik dilihat dari sisi turisme maupun peninggalan arsitektural dan benda cagar budaya.


Akhirnya kita bisa saksikan di beberapa kota di Indonesia Bangunan Kolonial Tropis yang masih terawat baik adalah justru yang mendapat bantuan rehabilitasi dari negara asalnya, Nederlands.

TUBAN.....Kota Tua Yang Tersapu Sejarah

Di postingan saya sebelumnya memang judulnya terinspirasi dari Blognya AKLAM : hifatlobrain.
Yos de potogaper dengan gambar2 eksotisnya sedikit mengulas tentang tuban ...dan ini melekat di sudut bagian memori saya sejak setahun yang lalu.
ada apa di tuban.....kira2 begitu pertanyaan saya ketika ajakan itu menarik saya, yang pertama muncul di benak adalah ;

satu: LEGEN... dan TOAK, di semua tempat yang menjual nira siwalan alias legen hampir selalu mereka bilang "ini dari Tuban mas" ( gak tau beneran apa bukan) . Anda sudah pernah melihat sosok buah siwalan kan?

Lalu Tuak alias Toak tuban adalah " Juice Liquor " alias nira siwalan murni yang difermentasi hingga kadar alkoholnya meningkat hingga nggak tau berapa puluh persen, normalnya sih 10 % yah nggak tinggi2 amat, tidak seperti CIU mBekonang, yang dari gossip yang saya denger dari anak2 AGL kadarnya sampai 40 % gila apa...? yaah mirip tuak Nias lah, atau tuak Medan, bedanya tuak Medan dibuat dari nira pohon aren yang difermentasi dan ditambahi dengan potongan2 kayu yang berasa pahit, lalu dikemas di botol2 lalu beredar di lapo2 tuak di sepanjang rute Bus ALS, sampai ke kawasan nongkrong sopir metromini Jakarta yang notabene suku etnis Batak, sampai lapo2 ( nama lain warung yang menyediakan tuak) di setiap daerah di nusantara ini. Biasanya sih Tuaknya belum lengkap bila tidak dihidangkan dengan daging anjing ( sory buat pecinta anjing), lalu sambil pada mabok..pecinta2 botol itu berdendang...."LISSSOY!!"
tidak seperti tuak medan ; Toak Tuban dikemas dalam Jerigen2 ukuran sepuluh liter. Penjualnya pun kadang2 ibu yang sambil menggendong anak balitanya, sambil lalu. Salah satu tempat penjualan legen dan Toak tuban ini adalah jalan Raya Tuban -Babat. Selain menjual Legen mereka juga berjualan Ikan Jambal roti Kering yang dikemas sederhana dalam plastik transparan. Jambal roti kayak gini paling lezat jika dibuat nasi goreng ikan asin, atau pepes peda.....uhhhh....... ( tapi waktu ngobrol2 soal ikan asin yang diawetkan dengan formalin jadi hilang selera nih...he)
dua: Teri nasi kualitas wahid yang melebihi teri Medan - yang ini diekspor ke Jepang, dan sisanya beredar di kota Semarang dalam bentuk suvenir kecil2 bertuliskan "BALADO TERI" Merk GN di toko oleh2 PALING TERKENAL di jalan Pandanaran, Semarang. merk GN..? BALADO TERI "GN" ini memang ada ceritanya. Pembuatnya Oma Gwan Nio pada suatu saat di awal tahun 80'an, mereka sekeluarga berziarah ke pantai Tuban tempat abu jenazah salah satu leluhur mereka disana. Sepulangnya dari Tuban Oma Gwan memutuskan untuk membuat cemilan teri kacang dan dikemas kecil2 untuk dikirim ke toko di Semarang.
Akhirnya Teri Balado itu sekarang telah beredar ke semua tempat, sampai ke Perancis, Amerika, untuk bekal piknik dan seterusnya.

Kesan pertama saya tentang kota Tuban adalah : "ternyata saya selama ini salah paham..!"
saya sangka Tuban kota Kecil, yah seperti kota Rampah yang berada di antara Tebing Tinggi dan Medan keyek gitulah....ternyata Tidak!!

Tuban seperti Jogja.

Setiap sudut jalannya lurus menghadap utara dan Selatan, as Square as blocks..!!
Luar Biasa......kata yang udah pernah ke California....kotanya ya kayak gitu.....ooooo....gitu ya?
Jalan Utamanya tetap menyusuri pantai Utara Jawa dan perkembangan kota mekar kearah Selatan, termasuk alun2 kota yang ada di sisi jl. Sudirman - Tuban.
jadi jika Aklam cerita kota ini sudah berumur 700 tahun, bagi saya mungkin lebih..!!
di atlas nusantara untuk Sekolah Menengah Atas yang saya baca baru2 ini di Gramedia, sejak era sebelum tahun 12oo masehi , desa Tuban sudah eksis sebagai pelabuhan kapal2 antar benua di Nusantara....WAW.

Berbekal informasi seadanya pencarian Batik Tulis Tuban kami mulai dari sebuah showroom yang ditunjukkan oleh staff Hotel di jalan Basuki Rahmat. dan dari perjalanan antar toko sampailah kami ke workshop batik tulis "Zaenal Gedog Tuban".



Motif primitif khas Tuban memang asing bagi yang baru pertamakali melihatnya. Namun sekali bentuk itu tergambar, setiap kali kita melihat bentuknya akan langsung terasosiasi dengan " Batik Tuban". Seperti yang diulas Kmelina di blognya ,

Batik selama ini identik dengan Solo Jogja dan Pekalongan.

" Batik di Tuban!? ..kayaknya nggak ada deh..."

itu bunyi sms sobat saya Qijer, waktu saya bilang saya ada di tuban lagi lihat2 batik tulis.
Mas Wiwied yang sederhana dengan keringat berlelehan karena workshop yang pengap karena panas lilin/ malam yang dikerjakan puluhan pembatik tulis disana, menceritakan bagaimana mereka bergulat dengan permintaan pasar yang lebih memilih baju muslim dan batik dari pekalongan.

Namun dari pola dan design gambar serta kehalusan pekerjaan memang Batik Tuban berbeda dari semua batik alusan dari kota2 lain.
Tapi itulah khasnya Batik Tuban, primitip ...kalo kata bang Mandra'

Minggu, 15 Februari 2009

Belajar dari TIMUR

Ketika melihat salah satu artikel di Badan koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional , saya jadi inget dulu obrolan dengan temen2, yang bilang jangan dikira kamu berak (maaf) itu cuma buang hajat. kamu buang kemana "sampahmu"? ke WC kan? kamu pikir setelah itu selesai?

" intinya apa pembicaraanmu itu..? " aku bertanya bingung.

"Bumi itu hidup....." jawabnya serius sambil melanjutkan omongan soal kuantum dimensi dan lain2 yang makin tak kupahami.

"au ah lllap...." potongku sambil nyeruput bajigur di warung depan RS PKU , Kauman.

Obrolan yang kadang menghabiskan waktu lebih lama daripada wedang bajigur dan nasi goreng atau nasi gudhegnya, tapi si Mbak nya nggak protes tu......la kan dia buka sampe pagi ...cuy..

Baru hari ini aku tahu kalau Bumi itu hidup...itupun dari web nya BAKORsultanahmbuhangel. Bangsa Jepang yang sudah kebal dengan gempa bumi dan bencana alam menemukan teknologinya. Berapa jiwa bisa diselamatkan dengan teknologi ini dengan mengetahui lebih awal gempa yang akan terjadi. Jepang emang luar biasa.



Semoga selanjutnya Bangsa ini sadar, jangan terlalu banyak menoleh ke Barat (nanti thengeng)........LIHATLAH KE TIMUR....... Asia bukan bangsa Kelas Dua. India, Jepang,China bukan lagi kelas teri.
Mudah2an kita bisa jadi bangsa yang percaya diri, nggak minderan -rendah diri di hadapan orang kulit putih, tunduk pada semua kemauan mereka dan mau diperdaya.

beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan seorang WN Australia (aslinya Jetis) yang bersuami bule Australia. Dia cerita kalo aliran kepercayaan Jawa yang dilakoninya, di Australia malah diminati banyak orang, dan mereka rela mengganti nama dengan Fatimah Webster, atau Wongso Carter.

" ah masa sih Mbak...?" saya kurang percaya.

Mereka Nyantrik pada guru dan rela disuruh2 seperti pembantu layaknya oleh sang guru.
Saya tersenyum membayangkan si pak Guru yang nyuruh ngepel Bule Australia .....

Minggu, 03 Februari 2008

Pasukan Kavaleri Berkuda Korea

lambang kerajaan Chosun


Tradisi dan budaya akan hidup bila orang2 melakukannya

begitu pula dengan tradisi pasukan berkuda di korea, salah satu tradisi tersebut adalah yang berasal dari kandungan KITAB PASUKAN BERKUDA

- “ MO YAE DO BO TONG JI” Peninggalan kerajaan Korea pada abad pertengahan

Kitab ini dibukukan sedemikian rapi sampai detil pelatihan2 dengan segala keperluannya dirincikan di dalam nya, sehingga informasi ini akhirnya sampai ke China – pada saat itu - dan Ada sebagian pihakpejabat militer China menginginkan KITAB ini untuk mereka, karena SENI DAN TEKNIK BELA DIRI BERKUDA YANG DIMILIKI KOREA ADALAH YANG TERBAIK DARI TIGA NEGERI , CHINA, JEPANG, KOREA. Salah satu hal penyebabnya adalah China tidak memiliki KITAB BELA DIRI BERKUDA.

pasukan berkuda China

Salinan kitab ini sekarang dipergunakan sebagai rujukan oleh satu kumpulan kebudayaan korea yang berusaha mempertahankan tradisi pasukan berkuda korea, dan mereka menghabiskan waktu untuk berlatih ilmu dari kitab tersebut.Pada masa itu, pasukan berkuda korea adalah salah satu dari pasukan elit , seperti halnya pasukan kavaleri lainnya di seluruh dunia, pasukan berkuda Korea dibekali kemampuan dan persenjataan tingkat tinggi, untuk ukuran pada masa itu.

Kavaleri berkuda korea - MA SANG KI SA


  • prajurit pedang - CHOSUN

  • samurai kulit hiu - WON GUM

  • pedang panjang - EL JA DO

  • pedang raja - SA IN GUM

  • pedang tombak - HYUB DO

  • double stik pasukan kavaleri – PYUN GON

Seni bela diri berkuda Korea ada 6 jenis, diantaranya: Tinju, pedang, dan tombak.

Kitab ini sendiri mempunya inti ajaran tentang BERKUDA:

  • menyatu dengan kuda

  • mengendalikan kuda

  • mengendalikan ketakutan

sedangkan kandungan kitab ini antara lain:

  • cara naik ke kuda

- pelan dan konsentrasi

cara menggerakkan kuda
- berhenti, maju dan berjalan

- lari dan berpacu

- belok ke segala arah

  • cara menghentikan kuda

  • teknik mengendalikan kuda
    - dengan kedua tangan

- dengan satu tangan

- freehand

- mengendalikan kuda dengan LUTUT; melaju,berhenti dan belok

  • teknik memahami kuda dan ritmenya

- Kuda menuruti apa keinginan anda

- kuda tahu jika anda adalah seorang pemula

- kuda manunggu tanda2 dari anda

  • teknik pasukan berkuda

MA SANG KI SA dewasa ini bentuknya lebih kepada upaya pelestarian tradisi Kerajaan Korea, dimana pasukan2 yang dilatih adalah berasal dari warga korea yang tertarik pada peninggalan leluhur mereka dan mau menghabiskan waktu untuk berlatih dan mengikuti kegiatan tersebut.

Pemuda2 korea yang dilatih dalam “pasukan” ini setiap tahun diikut sertakan dalam FESTIVAL PASUKAN BERKUDA internasional yang diikuti puluhan team dari seluruh dunia, mereka adalah sukarelawan.

Pengakuan dunia internasional terhadap keberadaan pasukan berkuda korea, tidak lepas dari kemampuan mereka dan kemahiran mereka berkuda,mempergunakan senjata dan betempur dengan kuda.


Adanya “ MO YAE DO BO TONG JI” MENUNJUKKAN bhw bangsa Korea adalah bangsa yang RAJIN MENCATAT, dan GENERASI PENERUSNYA dapat mewarisi - memelihara peninggalan tersebut.


Medio 2007

Kamis, 03 Januari 2008

Asian Rules the Wave before Britain


Apakah yang terbayang di benak saudara ketika mendengar tentang gambaran suatu monumen peringatan yang tingginya 73 meter yang dipahat dengan tangan..?

Monumen seperti itu “hampir pernah ada”.

Frank Viviano dan Mike Yamashita, dua orang tersebut adalah beberapa dari sekian orang yang menyaksikan ukuran sebenarnya batu “calon monumen” tersebut di tempat asalnya.

Dan batu Granit maha raksasa itu adalah peninggalan Kaisar Zhu De, yang rencananya dibuat untuk menghormati ayahnya Zhu Yuanzhang – atau Kaisar Hongwu, sang pendiri Dinasti Ming.
Batu yang – menurut national Geographic – berukuran 31.000 metrik ton itu sampai hari ini masih berada di tempatnya di Yangshan - Provinsi Jiangsu.
Dan pasti saat itu sudah pindah ke ibukota jika bukan karena kendala transportasi untuk memindahkannya , masa tahun 1400–an , awal abad ke 15 masehi.

Ambisi yang mendorong untuk membuat monumen seperti itu adalah ambisi yang sama yang memutuskan melakukan ekpedisi pelayaran gigantik “armada Harta” laksamana Zheng he.
“ Alasan yang didorong oleh suatu yang sederhana – ambisi besar era Yongle ( era kaisar Zhu De)” demikian tulis NGM Indonesia edisi Juli 2005.



Sederhana…? sepertinya tidak. Pada era awal abad ke 15 ketertiban dunia ditentukan oleh kekaisaran China.

Dari salah satu catatan pelaut bernama Fei Xin, seorang dari salah satu pelaut yang mengikuti perjalanan “Armada Harta”menyebutkan:

“ Amanat Kerajaan - adalah membawa ketertiban ke empat penjuru ( bumi) sejauh kapal dan gerobak dapat melintasinya dan kekuasaan manusia dapat mencapainya”.


Ambisi besar yang menghasilkan pesan semulia itu bukan hal yang sederhana, ambisi seperti itulah yang melampaui zamannya , bahkan beberapa zaman sesudahnya.

Sosok Laksamana Zheng He – Cheng ho – yang terlahir dengan nama Ma he, hanyalah eksekutor – yang kebetulan saja bekas tawanan, dan beragama islam, yang kemudian dilatih dan diangkat jadi kasim kerajaan di istana Pangeran Yan, yang kelak manjadi raja Zhu De.

Kesimpulan yang dibuat Liu Yingsheng- pakar terkemuka ttg Cheng Ho dari Nanjing University, mengejutkan.

Penarikan “armada harta “ China dari kancah perjanjian dunia menyebabkan kekosongan , dan sejarah membuktikan tempat itu akhirnya diisi oleh IMPERIALISME EROPAH.Perubahan kebijakan kerajaan ini , lanjut Liu Yingsheng, mengubah sejarah, dan tiba2 mengakhiri apa yang mungkin dapat membuat masa depan Asia dan dunia sangat berbeda”.

Tapi suatu hal pasti, tidak ada hal besar terjadi tiba2.

Dan itu dilakukan sendiri oleh cucu Zhu De, raja Zhu Zhanji, yang menggantiikan anak Zhu de ; Zhu gaozhi yang hanya 9 bulan bertahta sebelum akhirnya meninggal.

Keputusan yang dipengaruhi oleh petinggi2 istana yang menentang pelayaran berbiaya tinggi.

Keputusan yang akhirnya mengubah Konstelasi peradaban dunia, mengakhiri era ketertiban.

Sosok raja Zhu De inilah yang jadi pertanyaan , bagaimana kejadian sebenarnya di Istana terlarang di Beijing, pada saat itu belum ada yang dapat mengetahui secara pasti

Bagaimana raja sebesar Zhu de, yang menyelesaikan pembangunan tembok besar, menyelesaikan perluasan Terusan raksasa, dan akhirnya memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beijing, serta menyiapkan Kota Terlarang sebagai pusatnya - Dapat kehilangan Kharisma sedemikian cepat, dan kehilangan catatan sejarah, - faktanya dokumen2 era Yongle- yang ada di arsip pusat pemerintahan di Beijing, yang jumlahnya jutaan , hanya tersisa 10.000 dokumen di peperangan di akhir dinasti Ming –menurut NGM .

Dan sampai saat ini tujuan sebenarnya pelayaran armada harta sendiri masih jadi perdebatan di antara para pakar.

Naiknya Zhu De menjadi raja, catatan keberanian Ma he di perang Chenglumba yang merubah namanya menjadi Cheng, hubungan antara kedua sosok tersebut, dan mendapat kepercayaan raja hanyalah bagian dari episode sejarah.
Salah satu dugaan di kalangan para pakar sejarah, bahwa
Peran kepala ajudan pangeran sebagai pengatur utama siasat perang yang berhasil menggulingkan Kaisar dan menaikkan Zhu De menggantikannya, membuat Zeng He mendapat kepercayaan untuk mengepalai satu kesatuan angkatan Laut yang terkuat saat itu.

Dan Amanat kerajaan yang diemban “armada Harta” melingkupi semua tujuan2 lain seperti perdagangan, penggunaan kekuasaan militer untuk mengancam negara2 lain, pertahanan militer, Bahkan – rasa tidak aman kaisar Zhu de terhadap- bekas raja yang digulingkannya ; kemenakannya sendiri -yang melarikan diri keluar negeri.

Dan dugan para sejarawan, Laksamana Zheng diutus untuk memburu pendahulu Zhu tersebut, di sela2 mengemban tugas kerajaan.
Makam laksamana Zheng he sendiri tidak ditemukan, nisan bertuliskan namanya di Nanjing tidak berisi jasadnya.

Namun tulisannya di prasasti dondra head, Srilangka, yang ditujukan kepada Budha, Shiwa, dan Allah yang menghaturkan terima kasih atas belas kasih dan kesucian akhlak, serta mohon perlindungan , ditinggalkannya di Srilangka dengan berharap perang disana segera berakhir.


Permohonan akan perdamaian yang ditulis dalam tiga bahasa, China, Tamil dan Parsi.


( disarikan dari NGM;07/05: armada raksasa dari Timur)

etos kerja staf birokrasi Jepang

artikel berikut ini saya muat dari email testimoni seorang WNI yang belajar di Jepang.

01. Kantor pemerintahan dan pelayanan publik

Anda pernah melihat sekelompok semut? Nah, begitulah kira-kira situasi kantor pemerintahan daerah di Jepang. Tidak ada "semut" yang diam termangu, apalagi membaca koran; seluruh karyawan kantor senantiasa bergerak, dari saat bel mulai kerja hingga pulang larut malam. Tak habis pikir, saya tatap dalam-dalam "semut-semut" yang sedang bekerja tersebut; kadang kala saya curi pandang: jangan-jangan mereka sedang ber-internet ria seperti kebiasaan saya di kampus. Ingin saya mengetahui makanan apa gerangan yang dikonsumsi para pegawai itu sehingga mereka sanggup berjam-jam duduk, berkonsentrasi, dan menatap monitor yang bentuknya tidak berubah tersebut. Tata ruang kantor khas Jepang: mulai pimpinan hingga staf teknis duduk pada satu ruangan yang sama - tanpa sekat; semua bisa melihat bahwa semuanya bekerja. Satu orang membaca koran, pasti akan
ketahuan. Aksi yang bagi saya dramatis ini masih ditambah lagi dengan aksi lari-lari dari pimpinan ataupun staf dalam melayani masyarakat.

Ya, mereka berlari dalam arti yang sesungguhnya dan ekspresi pelayanan yang sama seriusnya. Wajah mereka akan menatap anda dalam-dalam dengan pola serius utuh diselingi dengan senyuman. Saya hampir tak percaya dengan perkataan kawan saya yang mempelajari system pemerintahan Jepang, bahwa gaji mereka - para "semut" tersebut - tidak bisa dikatakan berlebihan. Sesuai dengan standard upah di Jepang. Yang saya baca di internet, mereka memiliki kebanggaan berprofesi sebagai abdi negara; kebanggaan yang menutupi penghasilan yang tidak berbeda dengan profesi yang lain.

Menyandang status mahasiswa, saya mendapatkan banyak kemudahan dan fasilitas dari Pemerintah Jepang. Untuk mengurus berbagai keringanan tersebut, saya harus mendatangi kantor kecamatan (kuyakusho) atau walikota (shiyakusho) setempat. Beberapa dokumen harus diisi; khas Jepang: t eli ti namun tidak menyulitkan. Dalam berbagai kesempatan saya harus mengisi kolom semacam: apakah anda melakukan pekerjaan sambilan (arubaito = part time job), apakah anak anda tinggal bersama anda (untuk mengurus tunjangan anak), dsb. Dan dalam banyak hal, pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup dijawab dengan lisan: ya
atau tidak. Tidak perlu surat-surat pembuktian dari "RT, RW, Kelurahan" dsb. Saya percaya bahwa sistem yang baik selalu mensyaratkan kejujuran.

Sistem berlandaskan kejujuran akan cepat maju dan meningkat, sekaligus sangat efisien. Mengetahui bahwasanya saya adalah orang asing yang kurang lancar berbahasa Jepang, saya
mendapatkan "fasilitas" diantar kesana-kemari pada saat mengurus berbagai dokumen untuk mengajukan keringanan biaya melahirkan istri saya. Hal ini terjadi beberapa kali. Seorang senior saya pernah mengatakan, begitu anda masuk ke kantor pemerintahan di Jepang, maka semua urusan akan ada (dan harus ada) solusinya. Lain hari saya
membaca prinsip "the biggest (service) for the small" yang kurang lebih bermakna pelayanan dan perhatian yang maksimal untuk orang-orang yang kurang beruntung.

Pameo "kalau ada yang sulit, mengapa dipermudah" tidak saya jumpai di Jepang. Pada suatu urusan di kantor walikota (shiyakusho) saya diminta untuk menyerahkan surat pajak penghasilan. Saya mengatakan bahwa saya sudah pernah, di masa yang lalu, menyerahkan surat yang sama ke bagian lain di kantor tersebut. Saya sudah siap dan pasrah seandainya mereka menjawab bahwa saya harus mengurus kembali surat tersebut ke kantor kecamatan sebelum saya pindah ke kota ini. Agak tertegun sekaligus lega mendapat jawaban bahwa staf divisi tersebut akan mendatangi divisi lain tempat saya pernah menyerahkan dokumen
pajak saya sekian bulan yang lalu. Dia akan mengkopinya dari sana .

Ambil jalan yang mudah, namun tetap mengedepankan ketelitian. Itulah
yang saya jumpai di Jepang.

Berstatus mahasiswa yang berkeluarga (baca: harus berhemat), kami sempat terkejut m eli hat tagihan listrik bulanan yang melonjak hingga 10 kali lipat.

Setelah melakukan pengusutan sederhana, tahulah kami bahwa ada kesalahan pencatatan meter listrik oleh petugas - sebuah kesalahan yang tidak umum di negeri ini. Segera saat itu pula saya telpon perusaah listrik wilayah Kansai untuk mengkonfirmasikan kesalahan
tersebut. Berkali-kali kata sumimasen (yang bisa pula berarti maaf) keluar dari mulut operator telepon. Saya menganggapnya sudah selesai, karena operator berjanji untuk segera melakukan tindak lanjut. Belum berapa lama meletakkan tas di laboratorium pagi itu,
istri menelpon dari rumah perihal kedatangan petugas listrik untuk meminta maaf dan menarik slip tagihan. Setibanya di rumah malam harinya, baru tahulah saya bahwa yang datang bukanlah sekelas petugas lapangan (dari kartu nama yang ditinggalkannya) dan tahulah saya bahwa dia tidak sekedar meminta maaf, karena bingkisan berisi sabun dan shampo merk cukup terkenal menyertai kartu nama petugas tersebut. Saya hanya berharap, waktu itu, bahwa petugas pencatat yang k eli ru tidak akan bunuh diri. Karena kek eli ruan dalam bekerja, secara umum, menyangkut kehormatan di Negara ini.

Saya mengetahui dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja di Jepang akan sebuah paradigma "Bila anda datang ke kantor pada pukul 09.00 (jam resmi masuk kantor di Jepang) dan pulang pada pukul 17.00 (jam resmi pulang kantor di Jepang), maka atasan dan kawan-kawan anda akan mengatakan bahwa anda tidak memiliki niat bekerja". Saya membuktikan pameo tersebut, karena setiap hari saya bersepeda melintasi kantor walikota (shiyakusho) . Sebagian besar lampu di kantor itu masih menyala hingga pukul 20.00.

Dan beberapa kali saya jumpai staf kantor tersebut memasuki stasiun kereta, juga sekitar pukul 20.00. Hal ini berarti, mereka semua memiliki niat bekerja - versi Jepang.

02.Pasar, pertunjukan kejujuran dan perhatian

Suatu kali pernah kami membeli sebungkus buah-buahan dengan bandrol murah; favorit bagi kalangan mahasiswa asing seperti saya. Saya sudah mengetahui bahwa ada sedikit cacat (gores atau bekas benturan) pada permukaan beberapa buah-buahan - sesuai dengan harga murah yang disematkan padanya. Pada saat kami hendak membayar buah tersebut, penjual buah buru-buru menerangkan dan menunjuk-nunjuk kondisi sedikit cacat pada beberapa buah-buahan tersebut, dan kembali memastikan niat kami memb eli nya. Sembari tersenyum, tentu saja kami mengatakan "daijobu" (tidak apa-apa),

karena kami sudah melihatnya dari awal. Beberapa kawan kami mengiyakan pada saat kami menceritakan kejadian yang bagi kami cukup mengherankan ini; ini berarti sikap jujur tersebut tidak dimonopoli oleh satu-dua pedagang. Mereka mengerti betul bahwa kejujuran adalah prasyarat utama keberhasilan dalam berdagang. Tidak perlu meraup
untung sesaat dalam jumlah besar, bila nantinya akan kehilangan pelanggan.

Hingga hari ini, pada saat bertransaksi di kasir, kami selalu menerima uang kembalian dalam jumlah yang utuh - sesuai dengan yang tertera pada slip pembayaran. Tidak kurang, meski hanya satu yen (mata uang terkecil di Jepang). Tidak ada "pemaksaan" untuk menerima permen sebagai pengganti nominal tertentu. Selain kagum dengan praktek berdagang yang baik ini, kami sekaligus kagum dengan sistem perbankan Jepang yang mampu menyediakan uang recehan untuk pedagang dan vending machine (mesin penjual otomatis) di se-antero

Jepang. Meski bagi sebagian kalangan, uang kembalian terlihat "sepele"; hal ini bisa menyebabkan ketidakikhlasan pembeli terhadap transaksi jual-beli .

Istri saya selalu berbelanja bersama anak-anak; dan karena "keriangan" anak-anak, pada beberapa kasus, pak telur atau buah-buahan bisa meluncur ke lantai. Dua kali terjadi beberapa telur dalam satu pak pecah akibat keriangan anak-anak, dan satu kali m eli
batkan buah yang mudah penyok. Pada semua kejadian tersebut, petugas supermarket meli hat dan segera mengganti barang-barang tersebut dengan yang baru. Padahal kami datang dengan wajah lelah dan pasrah untuk membayarnya, karena kami menyadari benar bahwa ini adalah kelalaian kami. Bahkan pada satu kasus, barang tersebut sudah dibayar istri saya. Pada saat kami menerangkan bahwa ini semua ketidaksengajaan anak-anak kami, dengan ramah petugas supermarket menyahut "daijobu yo" (tidak apa-apa).

Pada saat berkesempatan mengunjungi sebuah negara lain di Asia untuk sebuah konferensi, saya baru menyadari keramahtamahan petugas supermarket di Jepang. Di Jepang, bila anda menanyakan keberadaan sebuah barang, maka petugas tidak sekedar memberi arah petunjuk pada anda, namun dia akan mengantarkan anda hingga berjumpa dengan barang yang dicari; dan petugas baru akan meninggalkan anda setelah memastikan bahwa everything is ok. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah petugas supermarket di Jepang demikian banyaknya hingga mereka berkesempatan jalan-jalan di dalam supermarket yang sangat besar; justru sebaliknya, jumlah petugas selalu sesuai benar dengan kebutuhan, dan mereka selalu bergerak - seperti semut. Di sebuah toko elektronik, seorang petugas yang menjelaskan spesifikasi komputer yang anda tanyai adalah juga kasir tempat anda membayar serta petugas yang melakukan packing akhir terhadap komputer yang anda beli .

03.Polisi, sistem yang bekerja dan melindungi

Kami sempat terheran-heran manakala pertama menginjakkan kaki di Kobe demi m eli hat postur polisi dan kendaraannya yang tidak lebih gagah dibandingkan dengan petugas pos di Indonesia. Benar, ini bukan metafora. Memang ada pula polisi di tingkat prefecture (propinsi)
yang gagah mengendarai motor besar bak Chip - ini jumlahnya sedikit. Namun polisi kota besar seukuran Kobe - salah satu kota metropolis di Jepang, posturnya tidak segagah polisi yang sering saya jumpai di jalan-jalan Republik. Anda tentu menganggap saya sedang bergurau bila saya mengatakan bahwa motor polisi di Kota Kobe dan Ashiya serupa benar dengan bebek terbang tahun 70-an. Saya tidak bergurau. Ini Kobe dan Ashiya, dua kota di negara macan ekonomi dunia. Bebek terbang tersebut dilengkapi dengan boks besi di bagian belakang - mirip dengan petugas pengantaran barang kiriman. Namun, sekali bapak atau mbak polisi ini menghentikan kendaraan, tidak pernah saya melihat ada diantaranya yang berusaha lari. Tidak ada gunanya lari di negara dengan sistem network yang sangat baik ini. Ke mana pun anda lari, kesitu pula polisi dengan uniform yang serupa akan menghampiri anda. Pelan namun pasti. Saya akhirnya mafhum, bahwa polisi di sini lebih pada fungsi kontrol dan pengambilan keputusan (decision maker) - kedua fungsi ini memang tidak mensyaratkan badan yang harus berotot dan berisi. Tak heran saya m eli hat mas-mas polisi muda berkacamata melakukan patroli dengan bebek terbangnya. Mereka hanya perlu melihat, mengawasi, dan mengambil keputusan. Selebihnya, sistem yang akan bekerja.

04.Lingkungan hidup dan transportasi

Jepang bukanlah negara dengan penduduk kecil. Populasi negara ini hampir separuh populasi Republik tercinta.

Di sisi lain, wilayah negara ini didominasi oleh pegunungan yang sulit untuk dihuni. Pegunungan yang tetap hijau, membuat saya menduga bahwa Pemerintah Jepang memang sengaja membiarkan kehijauan melekat pada daerah pegunungan tersebut. Tokyo adalah kota besar dengan jumlah penduduk terbesar se-dunia, mengalahkan New York dan berbagai kota besar di mancanegara. Besarnya penduduk, sempitnya dataran yang bisa dihuni, dan tingginya tingkat ekonomi mensiratkan dua hal: kerapian dan kebersihan. Anda akan sangat kesulitan menjumpai sampah anthrophogenik (akibat aktivitas manusia) di jalan-jalan di Jepang. Kemana mata anda memandang, maka kesitulah anda akan tertumbuk pada situasi yang bersih dan rapi. Orang Jepang meletakkan sepatu/alas kaki dengan tangan, bukan dengan kaki ataupun dilempar begitu saja. Mereka menyadari bahwa ruang (space) yang mereka miliki tidak luas, sehingga semuanya harus rapi dan tertata. Sepatu dan alas kaki diletakkan dengan posisi yang siap untuk digunakan pada saat kita keluar ruangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang senantiasa well-prepared dalam berbagai hal. Kadang saya menjumpai kondisi yang ekstrim; seorang pasien yang sedang menunggu giliran di depan saya berbicara dan menggerakkan anggota tubuhnya sendiri. Saya tahu bahwa ruang periksa di hadapan kami bukan ditempati psikiater ataupun neurophysicist. Belakangan saya tahu dari kawan yang belajar di bidang kedokteran, boleh jadi pasien tersebut sedang mempersiapkan dialog dengan dokternya.


Transportasi di Jepang didominasi oleh angkutan publik, baik bus, kereta (lokal, ekspres, super ekspres), shinkansen, dan pesawat terbang (antar wilayah). Baiknya sistem dan sarana transportasi di Jepang membuat anda tidak perlu berkeinginan untuk memiliki kendaraan sendiri - kecuali bila anda tinggal di country-side yang tidak memiliki banyak alat transportasi umum. Kereta dan shinkansen (kereta antar kota super ekspres) mendominasi moda transportasi di Jepang. Sebuah sumber yang saya ingat menyebutkan bahwa kepadatan lalu lintas kereta di Jepang ádalah yang tertinggi di dunia. Di
Jepang, kereta dan shinkansen digerakkan menggunakan listrik. Hal ini tidak menyebabkan polusi udara di perkotaan, karena listrik diproduksi terpusat. PLTN sebagai salah satu sumber pemasok utama energi listrik di Jepang, tentu saja, juga berkontribusi pada rendahnya polusi udara karena, praktis, PLTN tidak mengemisikan CO2.

Nasehat "tengoklah duru kiri dan kanan sebelum menyeberang jalan" mungkin tidak sangat penting untuk diterapkan bila anda menyeberang di tempat yang telah disediakan di Jepang. Anda cukup menunggu lambang pejalan kaki berubah warna menjadi hijau; insya Allah anda
akan selamat sampai ke seberang - tanpa perlu menengok kiri dan kanan. Saat berkesempatan mengunjungi kota besar lain di Asia, kebiasaan menyeberang ala Jepang sempat membuat saya hampir terserempet motor; lampu hijau saja ternyata tidaklah cukup di kota ini.

05.Kesehatan dan rumah sakit

Jepang mengerti benar bahwa orang-orang yang sehatlah yang lebih mampu memajukan bangsa dan negaranya.

Mahasiswa di tempat saya belajar, Kobe University, wajib melakukan pemeriksaan kesehatan (gratis) setahun sekali. Fasilitas kesehatan di Jepang mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah. Sebagai orang asing, mahasiswa pula, kami dianjurkan untuk mengikuti program asuransi nasional. Dengan mengikuti program ini, kami hanya perlu membayar 30% dari biaya berobat.

Dari yang 30% tersebut, sebagai mahasiswa asing, saya akan mendapatkan tambahan potongan sebesar 80% (yang belakangan turun menjadi 35%) dari Kementrian Pendidikan Jepang. Berstatuskan mahasiswa, kami membayar premi asuransi per-bulan yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan orang kebanyakan. Dari laporan rutin yang dikirimkan oleh pihak asuransi kepada kami, tahulah saya bahwa ongkos berobat kami selalu (jauh) lebih besar dari premi asuransi yang saya bayarkan setiap bulannya. Berbekal kartu asuransi nasional, datang ke rumah sakit ataupun ke klinik swasta bukan lagi menjadi hal yang menakutkan bagi keluarga kami di Jepang. Jangan membayangkan bahwa pihak rumah sakit atau klinik swasta akan memberikan perlakuan yang berbeda kepada para pemegang kartu asuransi – apalagi untuk kami yang mendapatkan kartu tambahan khusus keluarga tidak mampu. Para dokter dan perawat melayani dengan keramahan yang tidak berkurang serta prosedur yang sama sederhananya. Keramahan di sini berarti keramahan yang sebenar-benarnya. Baik anda kaya ataupun miskin, proses masuk dan keluar dari rumah sakit di Jepang adalah sama mudahnya. Saat istri melahirkan di rumah sakit pemerintah di Ashiya, saya disodori formulir yang berisi opsi pembayaran: tunai, lewat bank, dll. Tidak menjadi sebuah keharusan bagi seorang pasien untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran di hari dia harus keluar dari rumah sakit. Alhamdulillah kami mendapatkan keringanan biaya melahirkan dari Pemerintah Kota Ashiya; selain bisa melenggang dari rumah sakit tanpa bayar pada hari itu, tagihan dari Kantor Walikota (setelah dipotong subsidi dari pemerintah) juga baru datang dua bulan kemudian.

Saling percaya adalah kuncinya.

Yuli Setyo Indartono. Mahasiswa S3 di Graduate School