Kamis, 21 Januari 2010

Coffee cupping habit of Tegalan brings new word into English | | Kemana pergi 'sruput', dari Tegal lewat Glasgow masuk ke Oxford

Blog Entry
Dec 4, '09 5:04 AM
for everyone
http://kumpulrebo.multiply.com/journal/item/185

Have you heard how the word 'throughput' came into existence in English? This is my story of how it happened, inspired from a story by my late father-in-law, my guru in life at large.


===English (Cerita bahasa Indonesia hanya beberapa klik pada tombol )


Java was occupied by the Dutch East-India Company along the north coast for some mythical 300 years. The company built the first railways running from Batavia to Surabaya in the eastern part of Java as soon as the economies justified it. Along this route, there are several towns with service stations for the locomotives, Tegal and Semarang to name a few. In the Twenties of Twentieth Century, the steam engine was being replaced with the next generation engine called diesel engine after the inventor Dr Diesel. This technology came to Java in the years leading to World War II.


As in any new innovations, there will be mechanics and engineers accompanying delivery of the new locomotives to train the locals. They were many Englishmen and Scotsmen working in Tegal. They trained how to drive this new engine for the trains, how to maintain the engines, among other processes. You can imagine the difficulties in translating their knowledge through Dutch then onto Tegalan (old Javanese language variant) so the locals will understand.


One day at lunch time, Jim McLaughlin and Suparman went to the 'pub' just across the field in front of the train station. This is a pub in all intents and purposes, a 'warung' where gentlemen shares yarns while having lunch and drinking beers, coffee and tea. It has a 'U' shaped table surrounding the chef who will then serve any orders from the prepared food assortments. They sat down on the bench right in front of the chef. Tuan Jim, as he was normally called (just the same as in 'Lord Jim' by Joseph Conrad) ordered steamed rice, twenty barbecue goat meat skewers ('sate' later known in the dictionary as 'satay') with cold half magnum bottle of 'Anker' pilsener beer. Clarkie, as Suparman was called by Jim and his cohorts reminding them that superhero who has red undies worn outside blue bodysuit, ordered 'nasi lengko' (vegetarian steamed rice adorned with peanut sauce, sweet soya sauce, crushed chilli, boiled cabbage, and this and that) with local coffee ('kopi tubruk').


First came the drinks, the big beer bottle a tad cooler than tepid with a tall glass, the coffee came in a pot with a cup on saucer. Suparman put aside the cup and pour the coffee onto the saucer carefully.

Jim had his jaw dropped, "Bloody hell! What are you doin', Clarkie? Don't chuck away the coffee."

Suparman ignored his lost of form, slurped the thick coffee from the saucer, "Slurp.... slurpppppp...."

After satisfied temporarily by three slurps, he replied, "Do it this way, tuan Jim. Hit it while it is hot, mix it with air, slurp and don't wait."

Jim was aghast, nodded his hairy head and jaws, "I'll give it a go next time. Bloody marvelous idea, old chap. What did you call that, Clarkie?"

Suparman, "'Sruput', just 'sruput'."

Jim contemplated this enlightenment. This is the right word to explain how the diesel engine gets power from fuel and mixture of air. By controlling the fuel and air flows, you can control the power to make the loco runs faster or slower.


Jim passed it on to his mates in the team, exactly as it sounds - 'sruput'. On completion of the contract, he went back happily to his hometown for holidays, Glasgow. As any reputable Glaswegian or for that matter any European, he went to his favourite pub. He yarned about this episode to anyone who would listen to tall tales from overseas. Just happened that a linguistic professor, Adrian Atkinson, was listening as well. Soon after, he went home in a haste, he wrote to the Oxford dictionary board of editors. The next edition saw the word 'throughput' made into the dictionary, a transliteration from Javanese word 'sruput', onomatopoeia of slurping hot coffee as learned from a Javanese mechanic gifted with natural understanding of physics without the need for university schooling. Who says you need to go to university? For real 'edumecation', just read wikipedia.org and save the money for good food and travelling (in itself another form of education).


©2009, Kumpulrebo.multiply.com, all rights reserved. (© = Copyleft, please copy and paste in complete text, including the title and URL).


Quote of the day:

"It is not Justice — the servant of men, but accident, hazard, Fortune — the ally of patient Time — that holds an even and scrupulous balance." - Joseph Conrad, (Lord Jim)


Notes:

There are thousands of blacksmiths in Tegal out of this origin. A village is named 'Talang' (lit. downpipe) lies 12Km south of Tegal. Some has established forge irons and copied Japanese water handpump successfully, it is now considered one of thriving and successful iron-steel village industry albeit under real threats from cheaper Chinese products since the Nineties.


===Indonesian

Pernahkan anda dengar kata 'throughput' dalam mempelajari bahasa Inggris di ruang kelas atau di tempat kerja? Inilah ceritaku sembari mengisi waktu di kerja mengenai asal mula kata ini masuk dalam kamus Inggris. Cerita ini tertulis dari ingatan cerita papi mertua saya, guruku dalam hal ikhwal hidup dan kehidupan.


Kereta api zaman diadakan di pulau Jawa memang kereta berapi, api batubara memasak air sehingga menguap untuk menjalankan roda besi kereta. Waktu itu jawatan kereta api perusahaan Belanda bernama Nederland Indische Spooring. Pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia ke II, terjadi perubahan teknologi, seperti tahun 1981 mulai ada komputer tiruan Apel II. Kereta api bertenaga uap mulai diganti dengan mesin diesel, dari tenaga tak langsung menjadi tenaga langsung dari ruang bakar model Dr Diesel.


Kalau sekarang banyak orang India yang ahli database Oracle, sa'at itu juga banyak berdatangan tukang; ahli mesin; atau insinyur dari Inggris yang memasok kepala kereta. Mereka mengajarkan ini itu yang bersangkutan dengan penggunaan mesin diesel dalam hal menjalankan dan memelihara. Sewaktu menerangkan teknologi tinggi ini, banyak mereka mengalamai kesulitan menyampaikan dalam bahasa Inggris ke bahasa Belanda lalu ke bahasa Tegal, karena salah satu bengkel utama ada juga di Tegal, selain Batavia; Semarang; dan Surabaia.


Bagaimana kehidupan makan minum orang bule ini? Mau tak mau mereka juga senang makan cara Tegal. Setiap makan siang, mereka dengan senang hati ke warung depan setasiun, "Acc" yang mereka anggap seperti warung minum-minum di Glasgow atau Plymouth. Mereka belum pernah sebelum ini minum teh tanpa air susu atau krim susu, tapi senang juga mereka minum teh poci gaya Tegal, teh manis dengan gula batu. Zaman itu, kopi pun mereka suka sekali karena masih asli dan air datang dari sumber gunung di Bumijawa dan Bumiayu.


Suatu hari Jim McLaughlin (mungkin leluhur John McLaughlin jago gitar tahun '70an) yang biasa dipanggil sebagai tuan Jim, seperti di novel Joseph Conrad yang terkenal itu, pergi makan siang bersama Suparman yang dia panggil Clarkie untuk mengingatkannya akan pahlawan komik bercelana dalam merah dipakai di luar baju tubuh ketat warna biru itu. Di warung ini dia pesan nasi putih dan sekodi sate kambing dan sebotol bir Anker. Suparman sendiri lebih senang nasi lengko dan sepoci kopi tubruk. Sembari menunggu hidangan, mereka mencamil goreng tahu tempe, rempeyek dan kerupuk yang ada terpajang di atas meja berbentuk huruf U khas warung di Tegal. Bir ukuran 750ml merek Anker dingin dan gelas bersama kopi tubruk segera muncul di depan mereka. Dengan tenang, Suparman menuangkan kopi ke atas piring alas ('pisin', bahasa Tegal).


Rahang bawah Jim langsung jatuh karena kaget, "Kamu bikin apa Clarkie? Itu kopi jangan buang-buang."

Suparman tenang saja menhirup air kopi kental dari pinggir pisinnya, "Srup....sruput...sruput."

Suparman sehabis puas menyruput tiga kali, "Begini u...ue..nak tuan Jim. Masih panas tapi tak terasa panas karena campur udara. Disruput saja tuan, jangan tunggu lagi."

Jim terperangah, lalu memanggut-manggutkan kepala berjenggot lebatnya, "Nanti aku coba. Kamu bilang apa itu cara minum, Clarkie?"

Suparman, "Sruput, disruput saja."


Jim berpikir, ini dia kata yang tepat untuk dipakai menerangkan kejadian bagaimana mesin diesel mendapatkan tenaga dibandingkan mesin tenaga uap kepada tukang dan montir Tegal. Ke dalam mesin diesel disalurkan minyak pembakar dan udara sehingga terjadi pembakaran yang menghasilkan tenaga lebih kuat dari pada tenaga uap. Sekali ruang pembakaran menyala, bahan bakar dan udara disruput-sruput si mesin, tapi bisa diatur kekuatan atau kecepatan lari dengan mengatur sruputan-sruputan ini. Sejak itu, dia ceritakan kembali pengalaman ini ke rekan senegaranya yang satu kelompok. Mulailah kata ini dipakai untuk mengajarkan para tukang di Semarang, Surabaya, dan Batavia.


Sekembalinya ke negara asal, dia pulang ke kampung halaman Glasgow, dia ceritakan pengalaman ini di warung alias pub langganannya, The Old College Bar. Waktu itu kebetulan ada profesor bahasa, seorang guru bernama Adrian Atkinson, yang ikut mendengarkan ocehannya. Sepulang dari pub, buru-buru profesor menulis ke dewan penyunting kamus Oxford mengenai kata Inggris baru ini. Demikian cerita asal mula kata 'sruput' menjadi 'throughput'. Kejadian gara-gara orang Tegal pandai menggunakan ilmu fisika jurus sruput dalam menghirup kopi panasnya. Siapa bilang harus ke universitas untuk belajar ilmu fisika? Baca saja wikipedia.org untuk mendidik sendiri, uang pelajaran bisa dipergunakan untuk makan enak dan pergi jalan-jalan ke manca negara (juga salah satu bentuk pendidikan).


©2009, Kumpulrebo.multiply.com, semua hak cipta dipegang penulis. (© = silakan salin/tempel seutuh tulisan ini, termasuk judul dan URL.


Kalimat mutiara kali ini:

Bukanlah Keadilan - yang menjadi supir; pembantu; bujang; bedinde si manusia, melainkan kejadian; bahaya; Peruntungan yang jadi sahabat Waktu penyabar - yang memegang timbangan seimbang. (Joseph Conrad, "Lord Jim")


Catatan kecil:

Barangkali tidak banyak yang tahu kalau Tegal terkenal juga banyak pande besi atau pandai besi. Mereka banyak tinggal berkumpul di Talang. Entah kenapa desa atau kecamatan ini dinamakan begitu. Mungkin juga karena pande besi paling senang membuat saluran air hujan yang dinamakan 'talang' dalam bahasa Tegalan untuk atap yang hanya bisa terbuat dari besi campuran seng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar