Tampilkan postingan dengan label biopori. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label biopori. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 November 2011

Badai tropis mengancam indonesia

Pikiran Rakyat Online

Bibit Badai Tropis Kepung Wilayah Indonesia

CILACAP, (PRLM).- Bibit badai tropis, saat ini mengepung wilayah Indonesia. Tekanan rendah yang berpotensi timbulnya badai masih terkonsentrasi di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera, di Samudra Pasifik wilayah utara Papua serta di daratan Australia.
Prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, menyebutkan kondisi tekanan rendah merupakan bibit badai muncul di tiga wilayah. "Tekanan rendah berpangaruh terhadap terjadinya cuaca buruk," katanya, Jumat (18/11).
Bibit badai tersebut bisa berpotensi menjadi badai atau sebaliknya, secara berangsur angsur menghilang. Menurutnya, jika tekanan rendah menjadi badai maka di Indonesia akan diwarnai cuaca ekstrim.
"Saat ini, kondisi tekanan rendah tersebut, menyebabkan curah hujan hampir merata di seluruh wilayah Tanah Air. Meski kondisi curah hujan sudah di atas normal, namun belum mencapai ekstrem," tambahnya.
Selain itu, adanya tiga konsentrasi terjadinya tekanan rendah justru akan mengurangi dampak pengaruh terjadinya cuaca ekstrim di Indonesia. Sebab apabila bibit badai hanya terkonsentrasi pada satu titik maka pengaruhnya bisa lebih besar.
Teguh mencontohkan, jika tekanan rendah hanya muncul di daratan Asutralia, maka pengaruhnya lebih besar, khususnya di Pulau Jawa. Tekanan rendah berpengaruh, terjadinya cuaca buruk, di mana curah hujan di atas normal. Berdasarkan catatan BMKG, curah November merupakan puncak musim penghujan. (A-99/das)***

......?? Haah... November puncak musim penghujan.....??? nggak salah itu BMKG, biasanya januari - Pebruari yang jadi acuan saya  untuk bersiaga dari hujan yang kelewat sangat.... saya bahkan menambahkan lubang BIOPORI - resapan baru di halaman belakang - lagi.....demi mengatasi curah hujan yang akan datang nanti.

biopori made in JK




Senin, 04 Juli 2011

biopori



tampilan biopori di simpanglima semarang
 biopori di ruang publik Semarang
pembuatan biopori di VILLA HUTAN JATI

ukuran BIOPORI di VILLA HUTAN JATI
biopori di rumah; diameter pralon 4"- sembunyi dibawah paving

Jumat, 27 Maret 2009

Satu lagi sungai meluap -satu lagi pintu air jebol

Kejadian pagi ini ( 27 Maret 2009) jam 02.00 di Ciputat, harus jadi perhatian serius. Betapa tidak, daerah Cirendeu Ciputat adalah identik dengan wilayah yang sebagian besar penduduknya adalah Pulisi.
Dari yang berpangkat paling rendah sampai Komisaris besar. Dan wilayah ini paling dekat dengan Jakarta, jika pintu air Bengawan Solo yang jebol, tidak akan berakibat fatal, paling2 desa Widang, Tuban yang sudah berbulan2 digenangi banjir, dan masih akan digenangi banjir lagi entah sampai kapan.
Pintu Air Situ gintung hanya satu dari pintu2 air yang pasti tidak terdeteksi atau tidak terawat, dan selama ini dianggap aman2 saja. Departemen yang menanganinya menganggap pintu2 air ini akan selalu aman, sehingga
terlewat dari pengawasan mereka. Situ Gintung sendiri dibuat untuk mampu menampung 2 Juta Kubik air.
Meluapnya sungai di seluruh wilayah Jawa, Sulawesi, Sumut, dan banyak tempat menunjukkan semakin menurunnya kualitas lingkungan secara keseluruhan dan daya dukung sungai. BMG merasa perlu untuk menambahkan peringatan " sungai meluap" pada setiap kali musim hujan datang di wilayah2 daerah Aliran Sungai.
Sungai-sungai yang sudah ada sejak sebelum manusia menempati Pulau jawa tidak mungkin tidak mampu, menampung air jika kondisi sekitarnya masih mampu menyangga dan menampung berapapun jumlah air yang masuk ke sungai.
Ini Tamparan buat Gubernur DKI, yang saya denger bersama WWF akan memadamkan Jakarta - selama 1 jam- besok tanggal 28 Maret 2009. Alih alih menghemat Rp 200 juta , mereka harus mengalokasikan dana penanggulangan bencana yang jauh lebih besar untuk membantu warga Cirendeu dan sekitarnya

Rabu, 22 Oktober 2008

Persiapan banjir 2008

Sebagai menyadari diri akan kota Semarang yang Ramah Banjir, lubang biopori yang saya buat di belakang rumah ortu, demi ( menghindari telepon dari Maknyak tengah malam -hujan deras, tiba2 "kriing...!5x" ......teras belakang banjir....!,kamu kesini.........!!hwarakadah") menghadapi musim banjir tahun ini, hanya saya buat lubang 2 buah, cukup dua buah.

celakanya lubang kedua yang saya buat...ternyata 1 meter dibawahnya adalah pondasi rumah kuno yang dulu berada disitu.....sebagai saya ndak tahu akan hal itu, terpaksa biopori hole - nya diperdalam 0,5 m lagi kebawah.

Dan sekarang ( dua bulan setelah dibuat ) , meskipun komposnya belum saya periksa, satu lubang biopori efektif untuk mengatasi banjir-subanjir yang rajin mendatangi teras belakang rumah ortu, seluas 3 x 6 meter.

sebagai teras, tempat itu padahal sudah punya saluran pembuangan air plus sumur peresapan sejak 1985. Namun tiga tahun terakhir -mungkin- saluran airnya mampet, dan tentu saja itu job deskripsinya tukang batu.........sebagai pilihan saya pakai BIOPORI saja.

MANJUR TUH..........