Apakah yang terbayang di benak saudara ketika mendengar tentang gambaran suatu monumen peringatan yang tingginya 73 meter yang dipahat dengan tangan..?
Monumen seperti itu “hampir pernah ada”.
Frank Viviano dan Mike Yamashita, dua orang tersebut adalah beberapa dari sekian orang yang menyaksikan ukuran sebenarnya batu “calon monumen” tersebut di tempat asalnya.
Dan batu Granit maha raksasa itu adalah peninggalan Kaisar Zhu De, yang rencananya dibuat untuk menghormati ayahnya Zhu Yuanzhang – atau Kaisar Hongwu, sang pendiri Dinasti Ming.
Batu yang – menurut national Geographic – berukuran 31.000 metrik ton itu sampai hari ini masih berada di tempatnya di Yangshan - Provinsi Jiangsu.
Dan pasti saat itu sudah pindah ke ibukota jika bukan karena kendala transportasi untuk memindahkannya , masa tahun 1400–an , awal abad ke 15 masehi.
Ambisi yang mendorong untuk membuat monumen seperti itu adalah ambisi yang sama yang memutuskan melakukan ekpedisi pelayaran gigantik “armada Harta” laksamana Zheng he.
“ Alasan yang didorong oleh suatu yang sederhana – ambisi besar era Yongle ( era kaisar Zhu De)” demikian tulis NGM Indonesia edisi Juli 2005.
Monumen seperti itu “hampir pernah ada”.
Frank Viviano dan Mike Yamashita, dua orang tersebut adalah beberapa dari sekian orang yang menyaksikan ukuran sebenarnya batu “calon monumen” tersebut di tempat asalnya.
Dan batu Granit maha raksasa itu adalah peninggalan Kaisar Zhu De, yang rencananya dibuat untuk menghormati ayahnya Zhu Yuanzhang – atau Kaisar Hongwu, sang pendiri Dinasti Ming.
Batu yang – menurut national Geographic – berukuran 31.000 metrik ton itu sampai hari ini masih berada di tempatnya di Yangshan - Provinsi Jiangsu.
Dan pasti saat itu sudah pindah ke ibukota jika bukan karena kendala transportasi untuk memindahkannya , masa tahun 1400–an , awal abad ke 15 masehi.
Ambisi yang mendorong untuk membuat monumen seperti itu adalah ambisi yang sama yang memutuskan melakukan ekpedisi pelayaran gigantik “armada Harta” laksamana Zheng he.
“ Alasan yang didorong oleh suatu yang sederhana – ambisi besar era Yongle ( era kaisar Zhu De)” demikian tulis NGM Indonesia edisi Juli 2005.
Sederhana…? sepertinya tidak. Pada era awal abad ke 15 ketertiban dunia ditentukan oleh kekaisaran China.
Dari salah satu catatan pelaut bernama Fei Xin, seorang dari salah satu pelaut yang mengikuti perjalanan “Armada Harta”menyebutkan:
“ Amanat Kerajaan - adalah membawa ketertiban ke empat penjuru ( bumi) sejauh kapal dan gerobak dapat melintasinya dan kekuasaan manusia dapat mencapainya”.
Ambisi besar yang menghasilkan pesan semulia itu bukan hal yang sederhana, ambisi seperti itulah yang melampaui zamannya , bahkan beberapa zaman sesudahnya.
Sosok Laksamana Zheng He – Cheng ho – yang terlahir dengan nama Ma he, hanyalah eksekutor – yang kebetulan saja bekas tawanan, dan beragama islam, yang kemudian dilatih dan diangkat jadi kasim kerajaan di istana Pangeran Yan, yang kelak manjadi raja Zhu De.
Kesimpulan yang dibuat Liu Yingsheng- pakar terkemuka ttg Cheng Ho dari Nanjing University, mengejutkan.
Penarikan “armada harta “ China dari kancah perjanjian dunia menyebabkan kekosongan , dan sejarah membuktikan tempat itu akhirnya diisi oleh IMPERIALISME EROPAH.Perubahan kebijakan kerajaan ini , lanjut Liu Yingsheng, mengubah sejarah, dan tiba2 mengakhiri apa yang mungkin dapat membuat masa depan Asia dan dunia sangat berbeda”.
Tapi suatu hal pasti, tidak ada hal besar terjadi tiba2.
Dan itu dilakukan sendiri oleh cucu Zhu De, raja Zhu Zhanji, yang menggantiikan anak Zhu de ; Zhu gaozhi yang hanya 9 bulan bertahta sebelum akhirnya meninggal.
Keputusan yang dipengaruhi oleh petinggi2 istana yang menentang pelayaran berbiaya tinggi.
Keputusan yang akhirnya mengubah Konstelasi peradaban dunia, mengakhiri era ketertiban.
Sosok raja Zhu De inilah yang jadi pertanyaan , bagaimana kejadian sebenarnya di Istana terlarang di Beijing, pada saat itu belum ada yang dapat mengetahui secara pasti
Bagaimana raja sebesar Zhu de, yang menyelesaikan pembangunan tembok besar, menyelesaikan perluasan Terusan raksasa, dan akhirnya memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beijing, serta menyiapkan Kota Terlarang sebagai pusatnya - Dapat kehilangan Kharisma sedemikian cepat, dan kehilangan catatan sejarah, - faktanya dokumen2 era Yongle- yang ada di arsip pusat pemerintahan di Beijing, yang jumlahnya jutaan , hanya tersisa 10.000 dokumen di peperangan di akhir dinasti Ming –menurut NGM .
Dan sampai saat ini tujuan sebenarnya pelayaran armada harta sendiri masih jadi perdebatan di antara para pakar.
Naiknya Zhu De menjadi raja, catatan keberanian Ma he di perang Chenglumba yang merubah namanya menjadi Cheng, hubungan antara kedua sosok tersebut, dan mendapat kepercayaan raja hanyalah bagian dari episode sejarah.
Salah satu dugaan di kalangan para pakar sejarah, bahwa
Peran kepala ajudan pangeran sebagai pengatur utama siasat perang yang berhasil menggulingkan Kaisar dan menaikkan Zhu De menggantikannya, membuat Zeng He mendapat kepercayaan untuk mengepalai satu kesatuan angkatan Laut yang terkuat saat itu.
Dan Amanat kerajaan yang diemban “armada Harta” melingkupi semua tujuan2 lain seperti perdagangan, penggunaan kekuasaan militer untuk mengancam negara2 lain, pertahanan militer, Bahkan – rasa tidak aman kaisar Zhu de terhadap- bekas raja yang digulingkannya ; kemenakannya sendiri -yang melarikan diri keluar negeri.
Dan dugan para sejarawan, Laksamana Zheng diutus untuk memburu pendahulu Zhu tersebut, di sela2 mengemban tugas kerajaan.
Makam laksamana Zheng he sendiri tidak ditemukan, nisan bertuliskan namanya di Nanjing tidak berisi jasadnya.
Namun tulisannya di prasasti dondra head, Srilangka, yang ditujukan kepada Budha, Shiwa, dan Allah yang menghaturkan terima kasih atas belas kasih dan kesucian akhlak, serta mohon perlindungan , ditinggalkannya di Srilangka dengan berharap perang disana segera berakhir.
Permohonan akan perdamaian yang ditulis dalam tiga bahasa, China, Tamil dan Parsi.
Dari salah satu catatan pelaut bernama Fei Xin, seorang dari salah satu pelaut yang mengikuti perjalanan “Armada Harta”menyebutkan:
“ Amanat Kerajaan - adalah membawa ketertiban ke empat penjuru ( bumi) sejauh kapal dan gerobak dapat melintasinya dan kekuasaan manusia dapat mencapainya”.
Ambisi besar yang menghasilkan pesan semulia itu bukan hal yang sederhana, ambisi seperti itulah yang melampaui zamannya , bahkan beberapa zaman sesudahnya.
Sosok Laksamana Zheng He – Cheng ho – yang terlahir dengan nama Ma he, hanyalah eksekutor – yang kebetulan saja bekas tawanan, dan beragama islam, yang kemudian dilatih dan diangkat jadi kasim kerajaan di istana Pangeran Yan, yang kelak manjadi raja Zhu De.
Kesimpulan yang dibuat Liu Yingsheng- pakar terkemuka ttg Cheng Ho dari Nanjing University, mengejutkan.
Penarikan “armada harta “ China dari kancah perjanjian dunia menyebabkan kekosongan , dan sejarah membuktikan tempat itu akhirnya diisi oleh IMPERIALISME EROPAH.Perubahan kebijakan kerajaan ini , lanjut Liu Yingsheng, mengubah sejarah, dan tiba2 mengakhiri apa yang mungkin dapat membuat masa depan Asia dan dunia sangat berbeda”.
Tapi suatu hal pasti, tidak ada hal besar terjadi tiba2.
Dan itu dilakukan sendiri oleh cucu Zhu De, raja Zhu Zhanji, yang menggantiikan anak Zhu de ; Zhu gaozhi yang hanya 9 bulan bertahta sebelum akhirnya meninggal.
Keputusan yang dipengaruhi oleh petinggi2 istana yang menentang pelayaran berbiaya tinggi.
Keputusan yang akhirnya mengubah Konstelasi peradaban dunia, mengakhiri era ketertiban.
Sosok raja Zhu De inilah yang jadi pertanyaan , bagaimana kejadian sebenarnya di Istana terlarang di Beijing, pada saat itu belum ada yang dapat mengetahui secara pasti
Bagaimana raja sebesar Zhu de, yang menyelesaikan pembangunan tembok besar, menyelesaikan perluasan Terusan raksasa, dan akhirnya memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beijing, serta menyiapkan Kota Terlarang sebagai pusatnya - Dapat kehilangan Kharisma sedemikian cepat, dan kehilangan catatan sejarah, - faktanya dokumen2 era Yongle- yang ada di arsip pusat pemerintahan di Beijing, yang jumlahnya jutaan , hanya tersisa 10.000 dokumen di peperangan di akhir dinasti Ming –menurut NGM .
Dan sampai saat ini tujuan sebenarnya pelayaran armada harta sendiri masih jadi perdebatan di antara para pakar.
Naiknya Zhu De menjadi raja, catatan keberanian Ma he di perang Chenglumba yang merubah namanya menjadi Cheng, hubungan antara kedua sosok tersebut, dan mendapat kepercayaan raja hanyalah bagian dari episode sejarah.
Salah satu dugaan di kalangan para pakar sejarah, bahwa
Peran kepala ajudan pangeran sebagai pengatur utama siasat perang yang berhasil menggulingkan Kaisar dan menaikkan Zhu De menggantikannya, membuat Zeng He mendapat kepercayaan untuk mengepalai satu kesatuan angkatan Laut yang terkuat saat itu.
Dan Amanat kerajaan yang diemban “armada Harta” melingkupi semua tujuan2 lain seperti perdagangan, penggunaan kekuasaan militer untuk mengancam negara2 lain, pertahanan militer, Bahkan – rasa tidak aman kaisar Zhu de terhadap- bekas raja yang digulingkannya ; kemenakannya sendiri -yang melarikan diri keluar negeri.
Dan dugan para sejarawan, Laksamana Zheng diutus untuk memburu pendahulu Zhu tersebut, di sela2 mengemban tugas kerajaan.
Makam laksamana Zheng he sendiri tidak ditemukan, nisan bertuliskan namanya di Nanjing tidak berisi jasadnya.
Namun tulisannya di prasasti dondra head, Srilangka, yang ditujukan kepada Budha, Shiwa, dan Allah yang menghaturkan terima kasih atas belas kasih dan kesucian akhlak, serta mohon perlindungan , ditinggalkannya di Srilangka dengan berharap perang disana segera berakhir.
Permohonan akan perdamaian yang ditulis dalam tiga bahasa, China, Tamil dan Parsi.
( disarikan dari NGM;07/05: armada raksasa dari Timur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar