KRI Hassanuddin dan KRI Diponegoro berlabuh di Tg. Priok
Kedatangan dua buah kapal tersebut membanggakan hati, jadi teringat kata2 GusDur ketika menjabat jadi RI 1 dulu, antara lain bahwa bangsa kita tidak bisa lepas dari kondisi geografis kelautan yang menjadi sumber kekuatan sekaligus sumber kelemahan.
Dan ArmaBar ketika memberi sambutan pada kedatangan kedua kapal ini dari galangan kapal Belanda, menyatakan bahwa paling tidak AL Indonesia idealnya membutuhkan 30 buah kapal sejenis untuk melakukan patroli di semua wilayah perairan RI, serta batas2 wilayah terluar dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Meskipun beberapa negara melakukan blokade penjualan senjata kepada RI, kita tidak harus tunduk pada kemauan MEREKA. Teknologi persenjataan Eropa dan Asia mengalami loncatan kemajuan luar biasa dalam dua dekade. Memasuki abad 21 ,bahkan negara Asia seperti India malah menjadi outsourcing operator untuk meluncurkan satu dari beberapa satelit mata-mata milik negara lain. Ex Rusia (Belarus), Polandia, Slovak, dan Iran juga dapat diandalkan , jika hanya untuk melengkapi ALUTSISTA.
Merupakan mimpi yang jadi kenyataan, jika nelayan2 kita mencari makan di laut dengan rasa aman dengan perlindungan armada2 AL yang tangguh, karena sudah seharusnya demikian tugas Angkatan Laut, melindungi warga dari gangguan bajak laut – terutama di Selat Malaka - . Melindungi wilayah Indonesia dari penyelundupan, penyusupan dari wilayah asing, maupun penyelundupan – mis: illegal logging - keluar wilayah RI.
Berita yang berulangkali kita dengar adalah adanya nelayan Indonesia yang ditangkap oleh AL Australia, lalu WNI yang membelot ke Australia untuk minta Suaka Politik, hanya menambah panjang daftar kelemahan arsenal laut RI.
Kedatangan dua kapal dari enam yang dipesan sejak tahun 2004, minimal akan meningkatkan PeDe kita terhadap negara2 yang belakangan ini mulai sembrono terhadap RI , meskipun di dunia Internasional mereka mengaku2 saudara serumpun.
Pernyataan Pers Dephan RI, tentang kerugian RI akibat Illegal Logging dan Illegal Fishing mencapai 15 miliar dollar US merupakan cambuk buat DPR agar segera membuat prioritas, agar melengkapi arsenal di semua angkatan, umumnya dan ALUTSISTA pada khususnya.
15 milliar Dollar US….? Waw……….itu dihitung sejak kapan ya?
jangan2 sejak 21 September 1998. sejak bangsa ini “lupa ingatan” dan masuk ke dalam kebebasan berpendapat yang dicap “ reformasi”….ironis.
Kapal “baru” kan pasti lebih bagus dari kapal “bekas” atau “bekas kapal” seperti Tampomas II yang nasibnya berakhir tragis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar