Kamis, 25 Juni 2009

Update Balai Kliring keanekaragamanhayati Nasional


Balai Kliring keanekaragaman hayati memungkinkan kita mengetahui suatu species hewan atau tumbuhan yang tinggal di habitat tertentu yang telah dipetakan.
web ini dilengkapi nomor kontak peneliti yang mengetahui tentang sumber daya satwa/tanaman yang dimaksud. Ke depan harusnya pemerintah sudah segera memetakan register tanaman dan binatang kita agar tidak dipatenkan negara lain. Seperti yang dilakukan India yang telah melakukan identifikasi tanaman obat lokal mereka yang telah dikenal sejak ribuan tahun lalu.

Tapi sepertinya sama dengan produk2 pemerintah lainnya website ini terbengkalai - tidak terawat, tidak pernah diupdate lagi sejak entah kapan. sayang sekali

SATU TARIKAN NAPAS UNTUK BUMI



Senin, 22 Juni 2009

Misteri suku AMPHIBI di Sungai Jurung - Kabanjahe : TIDUR SIANG DI DALAM AIR.

Sudah empat hari ini aku menginap di tempat WakUmik, di Kampung Bawah – dusun Sungai Jurung, kabanjahe . Tujuannya untuk mencari lokasi hunting foto, seorang member fotografer pernah memposting foto sungai yang luar biasa bagus di salah satu postingnya. Selain sungai itu terkenal karena dulu banyak ikan jurungnya, sebab itu dinamai sei Jurung, lokasinya yang bertingkat2 dan banyak air terjun mini menciptakan pemandangan menakjubkan untuk objek fotografi. Tergerak oleh foto lanscape yang bagus itu, menuntun aku sampai di Kampung Bawah, 2 km dari Brastagi menuju puncak.

Kenapa dinamai kampung bawah? Awalnya logikaku mengatakan, pasti ada kampung atas yang diatas sana. Tapi sudah empat hari aku mengitari desa ini tidak satupun jalan ke atas yang menunjukkan adanya bekas roda atau jalan ke atas. Dan keingin tahuanku selalu berujung pada wajah2 dingin yang selalu mengalihkan perhatianku pada hal lain, bila aku bertanya “ Emang ada kampung atas disana Wak..?”pada hampir setiap orang di kampung bawah.

Kejadiannya terungkap saat aku disuruh Wak Umik mencari salah satu dari ayam jago mereka di Kampung bawah, sesiang aku mencari ayam jago tanpa ekor - kalo dalam istilah jawa- ayam jago seperti ini disebut Jago Tukung – jago ekor bulat. Semua kolong rumah panggung di kampung bawah – dusun Sei jurung, Berastagi – aku longok , untuk mencari ayam jago yang diberi nama Limbat – kek master sulap di TV.

Siang itu pemicunya , saat di salah satu kolong, seekor ayam jago berkokok waspada, biasanya mereka melihat ular atau sebangsanya , atau lipan, makanan kesukaan mereka, tapi ini bukan lipan, tidak berkaki. Buset cacing gedenya minta ampun. Perhatianku teralih mengikuti cacing itu, jalannya seperti cacing daun, menjengkal tanah. Ketika kuangkat itulah, betapa kagetnya aku cacing cebesar lumpia itu menguik seperti babi….! Suaranya keras sekali, terdengar kesana sini

Jatuh dari tanganku cacing itu lari ke kolong rumah lain. Kukejar namun anehnya larinya bukan seperti cacing, dan suaranya itu, buseeet….persis seperti babi. Aku tak lagi ingat mencari si Limbat, si jago ekor bulat. Perhatianku tertuju mencari cacing super bersuara aneh, Siapa tau kalo gambar- gambar perjalananku kali ini, bisa dimuat di majalah National Geography

Makjang..menghayal kali kau…..bujang.

Aku mengikuti suara menguik-nguik itu sampai ke tempat yang asing, dan terlihat seperti jalan dermaga kecil , jalan menanjak dari kayu, seperti jalan kayu di pedalaman2 pesisir di papua, yang berawa bakau. Macam mana pula di bukit ini ada rawa2 kupikir.

Suara cacing itu hilang disana, di sekelompok rumah2 panggung yang terendam di danau kecil di atas bukit. Setiap rumah saling menghadap membentuk separuh lingkaran di huta itu. Aku memasuki gerbang kampung yang tidak berbentuk dan tidak berbatas, kulihat rumah2 saling berhadap2an membentuk setengah lingkaran, tengah2 lingkaran itu tentu saja danau yang aku bilang tadi lah. Dan salah satu bagian danau di ujung sana bukit batu menjulang tinggi ke puncak. “ Inikah kampung atas……? “ pertanyaanku tanpa jawaban.

Hanya seorang bapak yang aku lihat di ujung rumah sana sedang memakai sarung, dan berkata2 dalam bahasa karo, tapi siapa yang diajak bicara..? aku mencari2 lawan bicaranya………sesaaat kemudian aku sudah tak lagi melihatnya, si bapak bersarung itu, tapi sekilas aku mendengar perkataan terakhirnya sebelum lenyap dalam bahasa karo yang artinya kurang lebih :

“ jangan lupa kau cari ayam jagonya…”

……Buseet Lo nyindir Gue…ya……..

Yang Lebih aneh lagi, warna danau kecil yang ditengah , mirip kawah danau kelimutu, biru telur, butek, ndak jelas, kek kawah vulkanik, tapi semakin ke pinggir ke arah rumah2 yang mengelilinginya warnanya semakin jernih dan transparan, bening seperti air pegunungan lainnya….aneh.

Aku tidak tahu kenapa kampung ini sepi…..logikaku berkata seperti kampung2 lain di berastagi, warga pada umumnya jam dua siang bolong seperti ini, adalah waktu beristirahat di rumah, setelah pulang dari kebun, memetik sayuran dan buah, biasanya mereka tidur siang, atau menyiapkan jajanan sore,bagi ibu2nya. Petani itu kaum yang rajin, pikirku- tidak ada petani mau tidur siang…!

Aku berjalan ke arah lenyapnya si bapak bersarung, kemana dia pergi, di ujung danau tepat di sisi bukit batu, memang terlihat lebih berkabut……kek film horor mistik gitu.

Sampai di rumah paling ujung dekat bukit batu, aku memangil2 si bapak tadi, aku melihat ke dalam danau di bawah panggung rumah. Panggung rumah

Ini ternyata dibuat bertingkat2 di dalam air ! ………..menuju ke dalam rumah.

Jantungku berdegup kencang, ini hanya penglihatanku saja yang salah atau memang aku melihat seperti ada kehidupan dibawah panggung itu.

Aku berbalik ke pintu rumah dan segera masuk ke sana, setelah mengucap salam seperlunya aku membuka pintu, tak terkunci..buseet.

Pemandangannya seperti rumah2 SPA di turki , rumah kayu sederhana ini, tengahnya terdapat kolam, tapi buat apa……….tubuhku merendah ,mendekati pinggir kolam.

Seketika aku terjengkang ke belakang, jantungku berdegup lebih kencang………

“ Ada anak kecil di dalam air !!” aku teriak sendirian………….Buseeeeet .

Aku merangkak merayap mendekati pinggir kolam………….Gustiiii……sudah berapa lama anak itu tenggelam disitu.?

Permukaan danau yang tenang berombak membuat pemandanganku agak goyang-goyang, mataku kembali menuju anak kecil di dalam air itu………anak itu tersandar di ceruk2 tanah yang jadi pondasi rumah danau ini, dan dia tak sendirian……..

Di sebelahnya ada ayam…….AYAM……????!!! aku bertanya pada diriku sendiri.

Aku mengangkat tubuhku untuk menghela nafas panjang, aku menyebut nama Penciptaku. Bener tidak pemandangan yang aku lihat, jantungku berdebur-debur kencang, tanganku gemetar……….mengingatkanku pada kematian.

Setelah agak tenang aku kembali melongok ke bawah rumah danau itu………dan berkeliling mengamati semua pojok2nya..

Iya…..ada kehidupan di danau…….di bawah rumah panggung itu……!!!!!

Para penghuni rumah, dan ayam2 mereka sedang TIDUR SIANG DI DALAM AIR

Kalian pasti tak percaya kubilang ini.

Seketika aku tergagap,…..mana kameraku….?

Cem mana pulak kau Bujaaang……….bodoh kali kau. AKU TAK BAWA KAMERA Puah…..

Gara2 mengejar2 si Limbat, ayam Umih…aku tersesat di kampung aneh ini, sekarang saat aku menemukan momen langka ini….aku tak bawak kamera……

Pada saat merenungi diri yang lupa bawa kamera itulah, baru aku sadar,.sepertinya aku tadi mendengar suara yang familiar jam wekerku berbunyi, hah……untung Cuma mimpi.

Sabtu, 20 Juni 2009

Lentera KA JADUL - Hanya dan HANYA ADA di Sta. SLAWI

Lentera KA diatas ini adalah lentera sinyal KA peninggalan Belanda, dan dari sepanjang Stasiun KA di Pantura hanya ada satu buah ini, dan dipajang di depan Stasiun Slawi. Saya belum sempat mampir ke Museum KA Kuno di Ambarawa tapi saya tidak yakin disana ada yang bentuknya seperti ini.

Jumat, 05 Juni 2009

Negara ini bisa bangkut sumber alamnya, tanpa KONSERVASI

jika anda pernah mendengar kata " sasi" atau " lubuk larangan", maka bentuk seperti itulah ujud sebenarnya konservasi tradisional yang dilakukan warga adat di papua ( sasi) dan melayu ( lubok larangan). Pada dasarnya prinsip keduanya sama, membatasi pemanfaatan sumber2 alam secara berlebihan dan mencegah sifat serakah manusia - yang manusiawi tentu saja- dengan denda adat yang luar biasa mahal. Di Tapanuli,bila larangan dilanggar dendanya nggak main2- 100 zak semen, yang dipakai untuk pembangunan kampung. di papua dendanya bisa berupa kerja sosial atau menyumbang bibit pohon produktif sebanyak- banyaknya.



di Teluk Triton, papua,daerah kepala burung, sasi dikelola secara adat dan dimanfaatkan hasil ekonomisnya secara maksimal, tujuan utamanya adalah memetik hasil alam yang sejati, dalam bentuk sebaik2nya ( timun laut raksasa, kerang lola ukuran besar) dengan bijaksana. Lain lagi di melayu Lubuk larangan dijadikan atraksi wisata-warga dan pendatang untuk menjala ikan2 disana, sangat2 sederhana dan momen ini dijadikan aya tarik wisatawan kedaerah itu.




salah satu even yang gagal dimanfaatkan pemda suatu daerah contohnya even berburu "Nyale" atau bau Nyale atau cacing laut di wilayah Lombok. komoditas alami endemik yang hanya muncul setahun sekali dan bisa menyerap wisatawan asing dan domestik dengan sangat baik, gagal dimanfaatkan secara bijak,baik oleh Pemda maupun keserakahan warga yang mengeksploatasi nyale secara berlebihan. Akibatnya belakangan ini Nyale yang hanya muncul pada bebrapa hari setiap tahunnya tidak sebanyak sepuluh tahun lalu.

Apa yang membuat Pemerintah tidak bertindak melindungi sumber2 alamnya sendiri...?
Pertanyaan bodoh mungkin, namun dapat saja suatu pemerintahan memang lalai dan abai untuk membiarkan sumber2 alamnya dikeruk oleh CUKONG2 kayu,CUKONG2 pasir, CUKONG2 batik,dan jutaan CUKONG2 lain yang semata2 tidakpunya kepentingan kecuali mengeruk harta dari kampung halaman kita.

atau seperti dikatakan Rizal Ramli, capres dari PIB yang mengatakan

"lebih mudah menggadaikan negara,menjaminkan negara dengan asetnya daripada melindungi sumber2 alamnya".........

emang bener pemimpin kita punya attitude kayak gitu pakRamli? bagaimana jadinya negara kita seratus tahun lagi ya.